23. Sebuah Ikatan

20.4K 1.6K 103
                                    

"Bunda, Ayah, saat Adek pergi nanti, apa kalian akan merasa sedih? Apa kalian akan merasa kehilangan kalau Adek pergi dari hidup kalian? Adek harap meski hanya sedikit kalian akan merasakan hal itu, karena dengan begitu Adek tau bahwa kalian masih sayang sama Adek.
Hehe Adek egois ya? Adek emang anak gak tau diri. Tapi... Adek, kan juga anak ayah dan bunda, jadi gak ada salahnya kan kalau adek mau di sayang kaya Kak Alvin dan Kak Vino?"

****another 🍀

Alvin masih pura-pura tidur. Ini sudah 20 menit berlalu sejak Kevin datang ke kamarnya dan sejak saat itu pula Alvin memutuskan untuk memejamkan matanya dan berpura-pura tidur guna mengacuhkan kedatangan sang adik. Hal itu Alvin lakukan supaya adiknya mau tinggal berlama-lama di kamar rawatnya. Karena Alvin tau apa yang akan terjadi bila adiknya itu tau kalau dia sudah terbangun dari tadi, pasti adiknya akan cepat-cepat pergi meninggalkanya. Begitulah Kevin, adiknya itu memang kurang begitu suka pada Alvin. Setipa kali Alvin mencoba untuk mendekatinya, anak itu pasti akan lagsung pergi menghindar. Maka selagi memiliki kesempatan, Alvin akan melakukan berbagai cara supaya bisa berlama-lama dekat dengan sang adik.

Kevin melirik sesaat ke arah Alvin yang masih memejamkan matanya, sebuah senyum sedih terlihat di bibir pink cowo itu. Melihat kakak nya yang tertidur dengan beberapa alat medis yang menempel pada tubuhnya membuat Kevin merasa prihatin. Dua jarum yang menancap pada kedua lengan Alvin pasti terasa nyeri, serta nasal kanul yang di pasang di hidungnya pasti membuat Alvin tidak nyaman dan membuat hidungnya geli.

Menjadi tahanan rumah sakit memang hal yang paling menyebalkan dan Kevin pernah merasakannya. Berada di posisi Alvin saat tubuhnya tak mau mengabulkan keinginannya untuk beraktifitas dan lebih memilih untuk bermalas-malasan dengan berbaring di kasur tanpa bisa melakukan apapun. Rasanya sangat menyedihkan. Dan terasa lebih menyedihkan lagi, pada saat sedang drop seperti itu tak ada sanak keluarga yang menemani. Iya, itulah yang selalu Kevin rasakan saat dia sedang jatuh sakit. Berbeda dengan Alvin yang akan menjadi fokus ayah dan bundanya ketika sedang sakit, Kevin selalu terabikan. Bahkan mereka tak pernah sekalipun menyadari kesakitan Kevin. Sangat ironis bukan? Tapi itu tak menjadi masalah untuk Kevin saat ini, karena selama dia masih bisa berada di dekat ayah dan bunda itu sudah lebih dari cukup bagi Kevin. Meski dia tidak pernah bisa menjadi bagian dari keluarga mereka, tapi asal bisa melihat mereka tertawa dan bahagia itu sudah lebih dari cukup.

Kevin kembali memandang bundanya yang sedang menikmati bento yang tadi dia bawa. Ada perasaan senang saat melihat pemandangan itu. Rasanya sudah lama sekali dia tidak melihat pemandangn seperti ini. Karena memang sudah banyak waktu yang terlewati tanpa ada kebersamaan dengan sang bunda. Dan terakir kali itu terjadi sebelum kak Vino kecelakaan. Sebelum kehidupannya berubah.

Kevin mendekatkan posisi duduknya pada Mika. Ini adalah sebuah trik kelasik yang dulu selalu anak itu lakukan untuk meminta sesuatu pada sang bunda.

"Bunda..."Kevin bersuara lembut.

"Hem.."

"Adek juga laper." Kevin berucap. Tapi Mika yang sangat polos malah memberikan Kevin satu kotak bento yang masih tersisa dan tentunya hal itu membuat Kevin kecewa.

Anak itu berdecak sembari mengerucutkan bibirnya. "bunda gak peka nih, orang udah adek kasih kode juga." Mika yang mendengar keluhan Kevin menautkan alisnya. Wanita itu benar-benar tak mengeri maksud anakanya. Hingga Kevin memperjelas sambil menunjuk mulutnya."Suapin dong, Bun..." pinta Kevin manja dan tentunya hal itu membuat Mika tersenyum lucu. Wanita itu gemas melihat tingkah manja Kevin.

"Ih, manja banget, sih.." saut Mika sembari mencubit pelan hidung mancung putranya. "Makan sendiri ah, kan udah gede." lanjut Mika pura-pura tak acuh dan tentunya hal itu membuat Kevin semakin bertingkah manja guna membujuk sang bunda.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang