Adek pikir saat adek pergi nanti semua orang akan senang. Tapi kenapa? Kenapa ayah, bunda dan Kak Alvin malah terus bersedih? Kenapa kalian terus menangis? Apa kalian tau, Adek memilih untuk pergi supaya kalian bahagi, supaya Kak Alvin bisa sembuh. Supaya ayah dan bunda gak perlu lagi melihat Kak Alvin kesakitan. Supayah ayah gak akan tersiksa lagi waktu ngeliat adek yang ayah benci ada di rumah. Jadi adek mohon, adek mohon.. Ayah.. Bunda.. Kakak.. jangan seperti ini. Jangan buat adek menyesal dan ingin kembali ke tempat kalian. Jangan buat adek berharap kalau adek bisa mendapatkan cinta kalian.
*****
Ini sudah empat jam setelah Kevin di bawa masuk ke dalam ruang oprasi. dan hingga saat ini pun belum ada tanda-tanda kalau oprasi itu akan selesai.
Setelah tadi kondisi Kevin kembali menurun dan detak jantungnya sempat berheti. Dokter Aldi langsung meminta persetujuan Alex dan Mika untuk mengoprasi Kevin.
Kondisi Kevin saat itu sudah sangat buruk, anak itu harus segera melakukan oprasi untuk menghentikan pendarahan di otaknya. Ya.. Meski oprasi itu hanya 40 persen keberhasilanya, tapi tidak ada cara lain selain dengan oprasi itu. karena hanya mendiami Kevin dengan kondisinya saat ini, itu juga memiliki resiko yang sama besarnya. Jadi mau tidak mau, dengan berat hati Aldi pun memutuskan untuk mengambil resiko tinggi mengoprasi Kevin dan meminta persetujuan pada orangtua kandung Kevin tentang hal itu. Karena berusaha terlebih dulu jauh lebih baik dari pada menyesal tanpa usaha apapun.
Sebenarnya kalau saja dulu Kevin mau langsung melakukan oprasi saat Aldi menawarkan, mungkin kondisi Kevin tak akan seburuk ini. Tapi anak itu sangat keras kepala dan terus menolak. Dia terus mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan bersikap sok kuat. Dan pada akhirnya apa yang terjadi? Karena kebodohannya sendiri, sekarang nyawanya terancam, kan?
Memang, Kevin anak yang bodoh! Sangat bodoh!
Tapi terlepas dari semua itu, Aldi pun akhirnya tau tujuan Kevin yang sebenarnya. Anak itu memilih untuk tak melakukan pengobatan apapun itu semua karena kakaknya. Dia ingin memberikan jantungnya pada Alvin supaya Alvin bisa sembuh.
Bodoh, kan? Alasan yang sangat bodoh!
Anak itu rela menukar nyawanya demi kebahagiaan orang lain. Untuk semua perlakuan buruk keluarganya terhadap Kevin, apa yang ingin Kevin berikan pada keluarganya itu adalah hal mulia. Namun Aldi tak berfikir seperti itu. Aldi tak bisa menerima kepergian Kevin dengan cara yang tragis itu. Karena bagi Aldi, Kevin adalah anaknya. Meski Kevin bukan anak kandungnya, tapi Aldi mencintai anak itu sama seperti Aldi mencintai putra kandungnya sendiri. Karena bagi Aldi, Kevin berhak mendapatkan bahagia. Jadi Aldi tak akan rela membiarkan Kevin pergi dengan cara seperti itu.
Mungkin terdengar jahat. Padahal Aldi sudah mengatakan pada Kevin akan mengabulkan keinginnan Kevin untuk membantu Kevin mendonorkan jantungnya pada Alvin. Tapi nyatanya hingga saat ini pun Aldi masih belum bisa iklas. Dia masih berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Kevin. Pria itu sudah tak peduli dengan apapun bahkan pada Alvin, orang yang begitu Kevin sayangi. Karena yang terpenting saat ini adalah kesembuhan Kevin.
*****
Di ruang tunggu.
Alvin terus meremas tanganya yang terasa semakin dingin. Wajah anak itu pun saat ini sudah tampak begitu pucat. Karena bagaimana tidak, kondisi Alvin masih belum stabil, tubuhnya masih membutuhkan istirahat. Namun batunya Alvin, anak itu tetap kekeh pada pendirianya yang ingin menunggu adiknya sampai selesai oprasi. Dia terus mengabaikan tubuhnya yang saat ini mulai meronta minta di istirahatkan. Dia lebih memilih menikmati rasa sakit itu dan mengabaikan konsekuensinya, Alvin tak peduli lagi bila kondisi tubuhnya nanti akan memburuk. Karena persetan dengan semua itu, yang terpenting saat ini adalah Kevin. Karena hanya hal ini lah yang bisa Alvin lakukan untuk Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...