44. Kerinduan

18.1K 1.4K 90
                                    

Di padang rumput itu Kevin duduk termenung sembari menatap langit. Entah sudah berapa lama Kevin duduk di sana, tapi anehnya Kevin tak juga merasa bosan. Bahkan dia malah berpikir ingin tinggal di padang rumput itu untuk selama-lamanya. Karena mungkin hal itu akan jauh lebih baik dari pada Kevin harus kembali pulang dan melihat ayahnya yang membenci dirinya.

Ah.. Tapi Kalau memikirkan tentang rumah, Kevin jadi rindu dengan Kak Alvin dan Bundanya. Apa yang sedang mereka lakukan saat ini? Apa kakaknya itu menyukai hadiah yang di berikan Kevin?

Setetes kristal bening mengalir dari sudut mata Kevin. Rasa sesak itu kembali muncul, membuat Kevin ingin kembali pulang ke sana. Ke tempat yang begitu Kevin cintai. Bertemu dengan semua orang yang Kevin cintai. Tapi kalau Kevin kembali ke sana maka ayahnya tak akan maafkan Kevin. Kevin tak mau hal itu terjadi.

"Katanya mau tinggal sama kakak. Tapi kenapa terus-terusan nangis?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Kevin. Kevin pun berbalik dan menemukan sosok kakaknya.

"Enggak kok, adek gak nangis." Anak itu menyangkal. Namun vino tak percaya dengan apa yang adiknya katakan, dia menyentuh pipi Kevin. Dan basah.

"Gak nagis dari mana, ini pipi kamu basah." Jedah sesaat, cowo itu menatap adiknya lekat, lalu tersenyum sendu saat mendapatkan wajah muram adiknya. "Kamu mau pulang?" Tanya Vino tiba-tiba dan di jawab gelengan oleh Kevin.

"Enggak, adek mau di sini aja nemenin kakak, adek udah janji sama ayah." Jawab Kevin sembari tersenyum tipis. "Ahh lagian percumah juga pulang, orang di rumah gak ada yang kangen sama adek."

"Kata siapa gak ada yang kangen sama adek. Bunda pasti kangen sama adek, ayah juga.. dan apa lagi Kak Alvin.. Kamu tau kan dia selalu nyari kamu kalau kamu ngilang dari rumah dan main sama kakak." Kevin menggelnga pelan.

"Enggak, sekarang udah gak begitu. Karena yang mereka kangenin itu cuman Kak Vino." Saut Kevin tak membenarkan ucapan kakaknya. Kemudain Kevin pun memalingkan pandanganya dari Vino dan menatap langit. "Banyak yang berubah, Kak. Semua gak seperti dulu saat kakak masih ada di sana." Kevin tersenyum sendu lalu menoleh pada kakaknya dan menatap kakaknya lekat. "Kakak tau, ayah itu setiap malem selalu pergi ke kamar Kakak dan nangis di sana. Ayah itu sayang banget sama Kak Vino."

"Dan ayah juga sayang banget sama kamu..."

"Enggak... ayah gak sayang sama, adek. Kalo ayah sayang sama adek ayah gak akan mukulin adek dan ngomong kalau dia nyesel punya anak kaya adek." Kevin terdiam sesaat, matanya memerah menahan tangis.

Sakit saat mengingat hal itu.

"Kak Vino... kalau gitu, gimana kalau Kak Vino aja yang pulang. Ayah pasti seneng kalau Kak Vino pulang.. Biar adek yang gantiin Kak Vino di sini."

"Kamu itu ngomong apa? ngaco! mana bisa kakak pulang ke rumah. Tempat kakak sekarang di sini."

Hening..

"Adek sayang banget ya sama ayah..?" tanya Vino, dan kali ini di jawab anggukan.

"Adek sayang banget sama ayah. Adek pengen bikin ayah seneng dan bangga karena punaya anak kaya adek. Tapi nyatanya adek cuman bikin ayah malu dan sakit. Adek anak gak berguna, kan?" Kali ini Vino menjatuhkan tubuh adiknya ke dalam dekapanya.

"Enggak kok.. adek itu anak baik, buktinya aja adek mau donorin jantung adek buat Kak Alvin. Pasti ayah bangga banget punya anak kaya adek."

"Kak... "

"Hem.. "

"Adek udah boleh, kan tinggal di sini? Adek udah janji sama Ayah buat jagain Kak Vino di sini."

Vino tersenyum sembari memeluk adiknya.

"Kalau itu bikin kamu bahagia kakak akan izinin kamu tinggal di sini."

*****

Baru dikit nanti yang panjangnya nyusul 😁😁😁

Katanya udah pada kangen sama kevin 😚😚😚

Thanks untuk yang udah vote and komen 😘😘😘😘😘

10 april 2018

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang