Mika kembali menghubungi nomer itu namun hasilnya nihil. Teleponnya tak juga diangkat, padahal sudah 20 kali dia melakukan panggilan. Apa mungkin Kevin sudah tidur, karena sekarang sudah pukul 10 malam. Wanita itu menghentikan usahanya menelpon Kevin dan berpaling ke Alex. Namun rasa kecewa kembali dia dapatkan saat Alex juga tak mengangkat telponnya.
Putus asa, itulah hal yang sedang Mika rasakan. Wanita itu menghempaskan nafas lelah untuk ke sekian kali. Mencoba melegakan dadanya yang terasa sesak akibat firasat buruk yang terus menghujat hatinya.
Sebelum Alvin sadarkan diri firasat ini memang sudah menghantuinya. Membuat harinya begitu resah dan gelisah. Membuat dia sangat ingin pulang untuk melihat keadaan rumah. Tapi dengan keadaan Alvin yang masih belum stabil saat ini mana mungkin dia bisa meninggalkan Alvin. Jadi yang bisa dia lakukan saat ini adalah berdoa supaya firasat buruk itu hanyalah sebuah firasat yang tidak nyata.
Wanita itu kembali menoleh ke arah Alvin, kembali duduk di samping ranjang putranya, dan kembali mengelus lembut rambut Alvin yang kini sedang tertidur pulas.
****
Esok paginya...
Dering suara handpone mengusik tidur Alex, memaksa pria paruh baya yang sedang asik menjelajahi dunia mimpi itu harus bangun dan kembali ke dunia nyata.
Sesaat Alex mengerjapkan matanya guna memperjelas pandanganya yang buram akibat lama memejamkan mata. Kemudian dengan malas pria itu pun meraih handphonenya yang semalam dia taruh di atas nakas tempat tidur. Dia menatap ke layar handphone guna melihat siapa penelpon iseng yang telah mengganggu tidur nyenyaknya.
Lalu kerutan dalam di keningnya pun terlukis saat nama wanita yang dia cintai tertulis di sana. Mika. Ada apa Mika menelponnya sepagi ini? Apa terjadi sesuatu di rumah sakit? Batin Alex menjadi gelisah.
Tanpa berfikir panjang Alex langsung mengangkat telpon dari istrinya itu. Dia jadi takut kalau sesuatu yang buruk benar-benar terjadi di rumah sakit.
"Halo."
"Ayah, udah bangun?" Tanya Mika lembut.
"Iya, ada apa, Bun? Kok, subuh-subuh udah telpon?"
"Abis semalam ayah gak jawab telpon Bunda? Bunda, kan jadi kawatir, udah gitu adek juga gak angkat telpon aku. Di rumah gak terjadi sesuatu, kan, Yah?" Bagaikan petir yang telak menyambar mengenai tubuh Alex. Pertanyaan Mika begitu telak mengingatkan Alex akan sebuah tragedi yang terjadi semalam. Tragedi yang penuh penyesalan dan sangat ingin dia lupakan.
Sesaat tak ada jawaban dari Alex. Lidah pria itu terasa keluh untuk berkata. Dan lagi dia juga bingung harus mengatakan apa tentang kejadian semalam pada Mika. Dia takut, karna pria itu tau bahwa Mika pasti akan murka bila mengetahui bahwa semalam Alex kembali memukuli Kevin. Karena sebelumnya dia sudah janji pada Mika kalau dia tidak akan memukuli Kevin lagi.
Karena tak ada respon dari Alex, Mika kembali bersuara.
"Halo, Yah... Ayah masih di sana, kan?"
"Ah, iya, maaf, Bun..."
"Yaudah, Ayah mandi gih, hari ini Ayah ada meeting, kan?" Ujar Mika lembut. " Jangan lupa sarapan. Dan tolong ajak Kevin sarapan juga ya, Yah. Pastiin kalau Kevin benar-benar sarapan, aku gak mau dia juga ikut sakit kaya Alvin."
"I, iya, Bun." Jawab Alex ragu.
"Udah dulu ya, Yah... Alvin bangun, nih. Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Mika memutuskan sambungan telponnya dan sisakan Alex kini yang membatu. Permintaan Mika yang menyuruh Alex untuk mengajak Kevin sarapan bersama membuat dada Alex terasa sesak. Bagaimana bisa dia mengajak Kevin sarapan pagi ini. Kevin saja tak ada di rumah. Dan lagi dia juga tak tau bagaimana kondisi Kevin saat ini karena semalam dia memukuli Kevin habis-habisan hingga anak itu tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...