Bila kegelapan menelanku dan memusnahkan cahaya yang aku miliki. aku harap saat itu kalian berada di sampingku. aku harap meski hanya sebentar aku dapat melihat senyuman kalian.
******A N O T H E R*****
Kevin mengerjap-ngerjapkan matanya. Entah sudah berapa lama dia kehilangan kesadaranya lagi, dia benar-benar tak ingat apa pun setelah matanya kembali terpenjam tadi. Yang dia ingat saat itu ada bi Imah di kamarnya, namun saat dia kembali terbangun sekarang sosok wanit itu sudah tidak berada di dalam kamarnya. Untuk sejenak Kevin memejamkan mata, rasa pening di kepalanya sudah mulia berkurang, apa mungkin obatnya bekerja? Atau mungkin saat ini dia sudah mati? Kevin tertawa kecil saat berfikiran bodoh seperti itu. Tapi mungkin memeng lebih baik bila dia cepat mati supaya dia tak harus merasakan rasa sakit itu terus-menerus. Toh, meski dia hidup tak ada yang peduli denganya bahkan ayahnya saja menginginkan dia mati.
Mata Kevin kembali terbuka, sesaat anak itu melirik ke arah jam yang menjadi hiasan dinding. Ada raut kecewa di wajah anak itu saat mendapatkan bahwa saat ini sudah puku 6 sore. Bagaimana tidak, dia sudah menyia-nyiakan 9 jamnya di hari ini. Padahal dia sudah tak memiliki banyak waktu untuk menikmati hidupnya, tapi hari ini dia malah menghilangkan 9 jam waktu yang dia miliki begitu saja. Dan itu semua karena penyakit sialan yang terus menempel pada kepalanya, penyakit sialan yang selalu mengganggunya dan membuat dia lemah.
Kevin menghempaskan nafas lelah. Kemudian dengan tubuh yang masih terasa lemas anak itu memaksakan diri untuk bangkit dari tidurnya. Dia tak bisa terus bermalas-malasan di kamarnya, dia harus bergerak agar tidak ada yang dia sesali nantinya. Setidaknya untuk waktu singgat yang dia miliki dia harus melakukan sesuatu yang bermanfaat sebelum operasi itu di lakukan. Setidaknya meski hanya satu dia ingin memiliki sebuah kenangan indah bersama 'mereka'. Bersama bunda, Kak Alvin dan ayah. Tapi mungkin kata ayah akan dia lingari dulu, karena saat ini berharap untuk bisa dekta dengan sang ayah bagaikan tangan yang mencoba meraih bintang. Sangat sulit dan itu adalah hal yang mustahil. Karena sebelum tangan itu sempat menggapai bintang mungkin tubuh itu sudah hancur dan terbakar tanpa sisia.
Dengan sebelah tangan yang bertumpu pada dinding Kevin berjalan tertatih-tatih menujuh kamar mandi. Tenaganya masih belum pulih dan tubuhnya masih sangat lemas tapi anak itu terus memaksakan diri. Hingga langkahnya terhenti saat ada seseorang membuka pintu kamarnya dan berhambur masuk. Dengan raut wajah kawatir cowo itu berjalan mendekat ke arah Kevin. Membuat Kevin merasa seperti dejavu, kejadian ini pernah terjadi? Ya sepertinya begitu.
Bayu buru-buru memegang bahu Kevin saat tubuh sahabatnya itu limbang. Kemudian dengan sigap anak itu pun melingkarkan sebelah tangan Kevin ke lehernaya untuk menopang tubuh sahabatnya itu, lalu membawa sahabatnay itu ke kamar mandi. Untuk sejenak keheningan menemani meraka. Baik Bayu atau pun Kevin tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Rasa cangguh itu masih menemani mereka, bagaimana tidak pertengkaran mereka di rumah sakit tempo lalu masih membekas dalam hati masing-masing cowo itu. Entah itu untuk Bayu yang masih merasa kesal dengan sikap Kevin yang begitu keras kepala atau untuk Kevin yang merasa tidak enak pada Bayu dan tak ingin merepotkan sahabatnya itu. Kedua cowo itu memiliki pemikiran yang bertolak blakang yang membuat mereka bertengkar.
Untuk sesaat Kevin meoleh ke arah Bayu yang masih enggan membuka mulut dengan wajah datar. Seulas senyum senang pun terhias di bibir Kevin. Kalau Bayu sudah mau datang ke rumahnya itu tandanya Bayu sudah memaafkanya. Bayu memang seperti ini, meski sahabatnya itu sangat marah kemarin sewatu di rumah sakit hingga mengatakan kata-kata kejam pada Kevin dan mengatakan bahwa dia tak akan peduli bila Kevin mati. Tapi amarah itu hanya amarah sesaat, karena nyatanya saat ini Bayu sudah berada di rumahnya dan mau membantunya.
"Ngapain lo di rumah gua?" Pertanyaan bodoh Kevin memecah keheningan. Bayu pun sontak menoleh ke arah sahabatnya itu dengan wajah asam. Entah mengapa Bayu merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan Kevin itu. Dia tau kalau Kevin bodoh, tapi dia tak tau kalau Kevin sebodoh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...