"Kalu ini adalah hari terakhir lo? Apa yang mau lo lakuin? Kalau gua sih, gua pengen ngabisin hari terahir gua sama dia, orang yang pernah berbagi tempat di rahim nyokap gua dan nebus semua waktu yang telah kita lewati begitu aja. Seenggaknya gua mau bikin satu kenangan indah supaya dia gak ngelupain gua pas gua pergi nanti."
*****Another ****
"GILA! Lo di mana sekarang, anjing?!"
"....."
"Tunggu situ, gua ke sana!"
*****
Alvin kembali menyimpan handeponya ke dalam saku switer birunya.
Untuk sejenak dia kembali termenung, dia kembali menatap langit dengan sorot mata sendunya. Menatap sesuatu yang sangat dicintai adiknya dan berharap kalau suasana hatinya akan berubah setelah dia melakukan hal itu, karena adiknya selalu berkata 'bahwa perasaanya akan jauh lebih baik setelah memandangi langit', tapi sepertinya itu hanya bualan adiknya saja. Karena nyatanya, meski Alvin sudah memandangi langit satu jam lamanya, namun tak ada yang berubah. Rasa sesak dan nyeri pada hatinya masih terasa begitu menyakitkan, bahkan malah semakin parah dan membuat dia semakin merasa bersalah dan flustasi.
Tanpa Alvin sadari setetes kristal bening mengalir dari sudut matanya saat rasa sesak di dadanya tak dapat tertahankan lagi. Untuk sejenak dia memalingkan pandanganya dari langit dan merunduk dalam. Menekan dadanya yang terasa sesak dan menghirup nafas panjang lalu menghembuskanya perlahan.
Untuk sebuah rahasia yang baru saja Alvin ketahui. Untuk sebuah luka baru yang baru saja dia dapat. Alvin benar-benar tak tau apa yang harus dia lakukan. Dan lagi Alvin sanggsi kalau dia masih bisa menjalani hidupnya setelah 'hal itu'. karena dia akan lebih memilih mati sebelum 'hal itu' terjadi.
Sungguh, Alvin tak dapat membayangkan bila dia harus hidup tanpa adanya Kevin. Dan tentunya Alvin tak akan sanggup bila harus hidup tanpa kembaranya itu. Karena jujur saja dia bertahan hidup sampai saat ini itu adalah untuk adiknya, jadi apa artinya Alvin bertahan kalau akhirnya dia membuat Kevin malah pergi ke tempat Kak Vino. Apa gunanya dia hidup? Bukankah jauh lebih baik kalau dia mati lebih cepat.
Saat mengambil leptop dari tas ayahnya tadi pagi, Alvin tak sengaja menemukan dokumen rumah sakit beratas namakan adiknya. Awalnya dia pikir itu hanya dokumen hasil pemeriksaan kesehatan Kevin saja, tapi ternyata itu adalah dokumen pendonoran jantung Kevin untuk Alvin. Hal itu pun sangat Mengejutkan dan menghancurkan Alvin seketika.
Karena jujur, awalnya Alvin sangat senang setelah mendapat kabar dari dokter Fadil dan ayahnya bahwa dia telah mendapatkan pendonor jantung yang cocok dan bisa segera melakukan oprasi. Karena dengan begitu dia bisa hidup lebih lama dan menghabisakan waktunya bersama Kevin. Karena Kevin yang saat ini sudah mulai mau mendekat padanya membuat Alvin begitu senang. Tapi kenapa? kenapa malah Kevin yang menjadi pendonor? Kenapa harus adiknya? Bila Kevin mendonorkan jantungnya untuk Alvin maka Kevin akan mati. Mana bisa Alvin membiarkan hal itu terjadi.
Alvin benar-benar tak habis fikir dengan semuanya, terlebih lagi pada ayahnya. Bisa-bisanya ayahnya menandatangin surat itu. Apa dia tak sadar, itu sama saja dia membunuh anaknya sendiri. Membunuh darah dagingnya sendiri dan Itu benar-benar tindakan gila. Memang.. Alvin tau kalau ayahnya sudah tidak waras sejak kepergian Kak Vino. Ayah yang begitu penyayang berubah menjadi ayah yang kejam yang selalu memukuli Kevin. Tapi Alvin benar-benar tak menduga bahwa ayahnya akan setidak berperasaan seperti ini. Ini benar-benar hal yang menyakitkan untuk Alvin.
Suara seseorang yang memangil namanya membuat lamuna Alvin buyar. Cowo itu pun mengangkat kepalanya dan menemukan sosok seorang remaja yang berlari mendekat ke arahnya. Seulas senyum sendu pun terhias di bibir pucat Alvin setelah itu. Seseorang yang sejak tadi dia tunggu dan dia rindukan akirnya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...