9. Twins

26.9K 1.9K 145
                                    

Karna kami adalah satu, saat dia merasakan sakit aku juga merasakannya. Saat dia bahagia aku juga ikut bahagia. ***🌸

Mika membuka pintu kamar putranya. Setelah dia lelah mengetuk pintu kamar anakanya dan tidak mendapatkan respon dari Alvin, dia pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Alvin tanpa menunggu persetujuan. Dan kegelapan itu pun menjadi pemandangan pertama yang Mika dapat di kamar putra sulungnya. Sesaat keheranan nampak di wajah Mika. Pasalnya Alvin tidak pernah mematikan lampu saat tidur. Berbeda dengan Kevin yang suka gelap, Alvin tidak terlalu suka, jadi hal ini cukup aneh. Namun Mika tak mau berprasangka buruk dulu. Karena prasangka buruk dapat mengantarkan kita ke hal yang buruk pula. Meski sebenarnya Mika sangat cemas.

Sejak pulang sekolah tadi Alvin memang sudah bertingkah aneh. Tidak seperti biasanya, yang ketika pulang Alvin langsung mencari sosok Mika ketika sampai di rumah. Namun hari ini berbeda. Sesampai di rumah anak itu langsung mengurung diri di dalam kamar. Dia menolak ajakan main Kayla dan lagi ada sebuha luka memar di sudut bibir Alvin yang membuta Mika cukup terkejut. Pasalnya Alvin bukan tipe anak yang suka membuat masalah dan hobi berkelahi seperti Kevin. Jadi hal ini cukup membuat Mika resah. Terlebih lagi, Alvin tidak mau jujur dengan luka itu. Dia berbohong saat Mika bertanya perihal luka itu.

Mika menyalahkan lampu kamar Alvin. Lalu berjalan mendekati anaknya yang bersembunyi di balik selimut. Wanita itu pun memposisikan duduk di samping ranjang Alvin, dia mengguncang lembut tubuh anaknya berusaha membangunkan Alvin.

"Sayang, bangun dulu, yuk. Kita makan malam, ayah sama Kayla udah nunggu di bawah." Wanita itu bersuara. Namun Alvin tak merespon. "Alvin..." kali ini Mika membuka selimut yang menutupi tubuh anaknya. Dia menarik tubuh anaknya dengan lembut dan membalikkan posisi tidur anakanya yang semula membelakanginya menjadi telentang. Betapa terkejutnya Mika saat menemukan wajah pucat Alvin dan bulir-bulir keringat di keningnya.

"Ya allah, Alvin, kamu kenapa sayang?" Wanita itu menyentuh leher Alvin dan benar saja tubuh anaknya begitu panas. Alvin demam.

"Bunda..." Alvin bergeming. Dia mengerenyitkan dahi menahan sakit di kepalanya, matanya masih terpenjam namun dia tau kalau ada bundanya di dalam kamar.

"Alvin kita ke rumah sakit ya, nak. bunda panggil ayah dulu." Ucap mika panik. Wanita itu ingin bangkit dari duduknya namun tertahan oleh tangan hangat Alvin yang tiba-tiba memegang tangannya dengan erat. Mika pun kembali menoleh ke arah putranya yang kini sudah dalam posisi duduk.

"Bunda... adek udah pulang belum?" Tanya Alvin dengan suara serak dan lemah.

Sesuatu yang selalui memenuhi kepala Alvin, yaitu semua hal tentang Kevin. Orang yang akan pertama kali Alvin ingat saat membuka mata, yaitu hanyalah Kevin. Karena Kevin adalah bagian dari diri Alvin yang lain. Karena mereka pernah berbagi rahim yang sama.

Mika tertegun, dia tak tau harus menjawab apa. Jangankan mengetahui keberadaan Kevin, pergi ke kamar anaknya yang satu itu saja sangat jarang Mika lakukan.

Alvin tersenyum sedih melihat bundanya yang hanya diam. Anak itu menatap bundanya lekat, menatap dengan pandangan penuh arti. Berharap bahwa bundanya dapat merasakan kesedihan dan rasa kecewa di dalam hatinya. Cowo itu kembali bersuara dengan nada lirih.

"Bunda... adek juga sakit. Tadi di sekolah badannya panas."

Deg!

Mika tertegun.

"Kevin sakit...?" Untuk yang pertama kalinya wanita itu menanyakan keadaan Kevin. Dan Alvin pun menjawab dengan anggukan lemah. Wajah pucatnya terlihat sedih.

"Tadi, di sekolah aku suruh minum obat sama makan, tapi dia gak mau bunda..." Jelas Alvin. "Bunda mau gak buatin bubur buat adek. Adek suka bubur buatan bunda... Dia pasti mau makan deh kalau bunda yang buat."

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang