34. Mimpi

18.9K 1.5K 161
                                    

Kelopak mata Kevin terbuka saat rasa sakit di kepalanya kembali menyerang. Dengan wajah yang memucat, keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhnya, anak itu benar-benar kesakitan.

Untuk sejenak, Kevin menoleh ke arah Bayu yang sudah tertidur dengan pulas. Sekarang sudah pukul dua dini hari, jadi jangan heran, meski ada suara benda jatuh yang menimbulkan suara keras sekali pun, itu tak akan cukup untuk membangunkan Bayu. Karena cowo itu, kalau sudah pulas tidurnya bakal kaya orang mati. Buktinya saja anak itu tidak terusik saat sebuah erangan kesakitan keluar dari mulut Kevin.

Untuk sejenak, Kevin kembali menutup matanya dan menggigit bibir bagian bawahnya guna menahan eranganya yang ingin kembali keluar.

Rasanya sakit.. kepalanya benar-benar terasa begitu sakit. Air matanya mulai mengalir membasahi pipinya. Untuk sebuah beban yang tak dapat anak itu bagi pada siapapun, ini sangatlah berat. Sungguh. Menanggung rasa sakit itu seorang diri benar-bebar melelahkan. Kalau saja... kalau saja hidupnya seperti anak-anak lain yang memiliki hubungan keluarga yang baik. Mungkn semua takan seberat ini, karena meski hanya sedikit dia bisa membagi rasa sakit ini pada mereka. Setidaknya meski hanya untuk penguat dan penyemangat, dia benar-benar sangat membutuhkan ayah dan bunda. Namun mengapa, mengapa meski hanya untuk mendapatkan elusan sayang dari mereka saja itu begitu sulit. padahal darah mereka mengalir pada tubuhnya.

Dengan tubuh yang semakin lemas anak itu memaksakan diri bangkit dari tidurnya. Dia tak dapat menahanya lagi, erangan itu pasti akan kembali keluar. Karena itu, sebelum dia benar-benar membangunkan Bayu, Kevin pun memilih untuk menjauh.

Dengan langkah hati-hati dan tangan yang merabah dan memegang benda-benda kokoh di sekitarnya sebagai tumpuan penjaga keseimbangan. Anak itu berusaha keras berjalan menujuh pintu, tujuan anak itu adalah keluar dari kamar Bayu. Namun sebelum anak itu sampai di dekat pintu, gerakan kakinya tiba-tiba terhenti saat rasa sakit itu menjalar ke bagian dadanya dan membuat dia sulit bernafas. Dengan nafas yang tinggal satu dua anak itu berusaha tetap menjaga kesadaarnya. Hingga sosok itu muncul dan mendekapnya. Mematikan setiap rasa sakit yang menyerang sekujur tubuhnya dan membuat anak itu terlena.

*****

"Ayahhh...banguuunn... Katanya ayah janji mau nganter adek ke tempat kak Vino. Adek udah siap, nih, Yah... "

Mata Alex terbuka perlahan-lahan saat tidurnya di usik oleh tangan mungil seorang anak yang terus menggoyang-goyangkan sebelah lengannya.

Untuk sejenak, saat mata tajam itu sudah terbuka. Alex hanya mematung menatap ke arah sosok seorang anak lelak di harapannya. Menatap lekat dan sendu seorang anak berwajah polos dan ceriah itu yang dulu selalu dia manja dan sekarang dia abaikan. Berusaha meyakinkan hatinya bahwa apa yang saat ini dia lihat itu bukan imajinasinya semata. Karena sosok malaikat kecil yang rapuh yang duduk di sampingnya saat ini adalah sosok yang mampu melemahkan hati Alex. Seorang buah hati yang dulu dia tunggu-tunggu keberadaannya dan sekarang sudah menghilang. Lalu nengapa sekarang sosok itu kembali berada di sini?

Melihat ayahnya hanya diam mematung sembari menatapnya lekat, membuat Kevin kecil merasa aneh. Anak itu pun meletakan tangan mungilnya ke pipi Alex lembut, menggerakan sedikit kepalanya ke samping, sambil menatap Alex menerawang. Dengan wajah polos dan raut kawatir, anak itu pun kemudian bertanya pada sang ayah perihal keanehan tingkah ayahnya itu.

"Ayah kok diem aja, sih? Ayah sakit ya? Mau adek beliin obat?" Tanya Kevin kecil dengan polosnya. Sebuah pertanyaan yang mampu menggetarkan hati Alex seketika.

Untuk sejenak, tak ada respon dari Alex. Entah mengapa melihat tingkah anaknya itu membuat hatinya berdenyut sakit. Seorang anak yang selalu dia siksa dan dia pukuli seharunya membenci dia, tapi kenapa anak itu bersikap baik, kenapa anak itu begitu perhatian.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang