26. Dilema

20.5K 1.6K 93
                                    

"Ayah tau, aku sayang banget sama Ayah. Aku akan ngasih semuanya buat ayah. Aku akan berusaha supaya bisa bikin Ayah bahagi. Jadi apa aku boleh meminta sesuatu dari Ayah. Tolong maafin Aku, jangan benci Aku, dan biarkan aku tetap jadi anak Ayah."

******A N O T H E R

Kevin kembali membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Setelah memuntahkan isi lambungnya kini anak itu luluh terbaring lemas di atas tempat tidur. Dengan wajah pucat, keringat dingin yang membanjiri sekujur tubuhnya dan rasa sakit yang tak dapat tertahankan di bagian kepala. Anak itu mengerang tertahan. Bulir-bulir kristal bening itu pun kembali merosot jatuh dari matanya. Rasa sakit itu benar-benar menyiksanya. Padahal dia sudah meminum obat tapi kenapa rasa sakitnya tak juga hilang?

Anak itu menggigit bibir bagian bawahnya demi meredam erangan yang ingin kembali keluar dan menjambak rambutnya semakin kuat sambil berharap rasa sakit itu akan hilang selagi dia melakukan hal itu. Namun semua sia-sia, karenanya rasa sakit itu bukanya berkurang malam semakin menjadi-jadi. Lalu apa yang harus dia lakukan demi menghadapai kesakitan ini? Apa yang harus dia lakukan demi menghilangkan siksaan itu? Bahkan saat sedang seperti ini tak ada seorang pun yang menolongnya. Dia harus berjuang seorang diri melawan rasa sakit itu, bukankah itu sungguh menyedihkan.

Di saat seorang anak sedang kesakitan seharusnya orang tua ada di sana untuk menolongnya, namun hal itu tidak berlaku untuk Kevin. Nyatanya meski Kevin memiliki orangtua yang utuh namun mereka tak pernah ada untuk Kevin.

"Bunda.. Ayah.. Sa..kit..." Anak itu merintih. Berharap setelah melakukan hal itu akan ada seseorang yang menolongnya dan menghilangkan rasa sakit yang menyiksanya. Namun tak ada yang terjadi, karena ruangan itu tetap kosong meski erangan kesakitan itu kembali meluncur keluar dari mulut Kevin.

"Yah... Sa..kit..."

*****

Alex masih terpaku di dalam ruang kerjanya. Padahal ini sudah pukul dua dini hari, namun pria itu masih terjaga dengan sejuta pikiran yang mengisi kepanya. Dan ini semua salah Kevin. Kalau saja putranya itu tidak memberikan sebuah penawaran yang begitu menggiurkan mungkin malam ini dia bisa tidur nyenyak dan bermimpi indah. Namun anak itu malah berulah dan membuatnya dilema. Jadi apa yang harus dia lakukan?

Alex kembali menghela nafas lelah. Ini sudah yang ke delapan kali dia melakukan hal itu, tapi sayangnya hal itu tak dapat menghilangkan rasa sesak dan penat di dadanya. Sebuah rasa bahagia dan sedih yang bercampur aduk dalam hatinya hingga membuat dia sulit untuk berfikir jernih. Sebuah perasaan yang membuat dia ingin berteriak kencang untuk menghilangkanya.

Pria itu kembali memejamkan matanya dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tanganya. Lelah, itu lah yang sedang dia rasakn. Dia kembali teringat dengan ucapan putranya beberapa jam lalu saat putranya itu memberikan Alex dokumen tersebut. Sebuah kalimat yang tak pernah terpikir oleh Alex akan keluar dari mulut satu putranya itu. Serangkaian kalimat yang seharunya membuat dia merasa bahagi tapi entah mengapa membuat dia merasa sakit.

"Aku akan donorin jantung Aku buat Kak Alvin."

"Jantung Aku pasti cocok buat Kak Alvin, soalnya kita kan kembar. Jadi Ayah gak perlu kawatir."

"Kalau oprasinya cepat di lakuakn, Kak Alvin kan akan cepat sembuh."

"Ayah cuman tinggal tandatangan, dan seminggu lagi oprasi itu bisa di lakuakn."

Kemudian sebuah tawa hambar pun mengembang ke seluruh penjuru ruangan itu. Dia kembali menegakan posisi duduknya dan kembali menatap lembaran-lembaran kertas itu. Setelah dia menandatangai dokumen itu maka Alvin akan sembuh. Bukankah hal itu yang selalu dia harapkan. Kesembuah Alvin, kesehatan Alvin. Itulah yang menjadi tujuan hidupnya. Itu lah yang menjadi prioritas hidupnya. Bertahun-tahun dia berjuang dan berusaha keras mencari cara untuk menyembuhkan anaknya dan membuat anaknya menjadi anak yang sehat. Namun mengapa setelah dia menemukan jalan keluar dari masalah yang terus menyiksanya, rasanya begitu berat? Kenapa rasanya begitu sulit untuk melaju ke jalan keluar itu?

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang