.........🍀
Setelah lelah berteriak-teriak dan tak mendapatkan respon dari adiknya. Alvin menyandarkan punggungnya pada daun pintu, cowo itu terduduk lemas di sana. Rasanya sesak, sesuatu yang awalnya dia pikir akan membaik, kini malah semakin memburuk. Kenapa rasanya sulit sekali mendekat pada adiknya seperti dulu? Kebencian di hati Kevin sudah sangat dalam, jadi apapun yang Alvin lakukan selalu salah di mata Kevin. Seperti tadi, Kevin langsung menuduh dia melakukan sesuatu yang bahkan tidak dia lakukan.
Apa keadaan akan terus seperti ini sampai dia pergi? Dia benar-benar putus asa kali ini.
Alvin menekan dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Cowo itu mendesa pelan. Sudah hampir seminggu ini dadanya sering sakit dan membuatnya kesulitan bernafas, terlebih lagi dengan tubuhnya yang gampang lelah, namun dia enggan memberitahukan hal itu kepada bunda dan ayahnya. Karena kalau mereka sampai tau, Alvin pasti langsung di seret ke rumah sakit.
****🍀
Di dalam kamar.
Kevin meringkuk di atas tempat tidur. Tak peduli dengan noda darah di bajunya atau suara panggilan Alvin yang terus menyuruhnya untuk membuka pintu. Yang dia butuhkan sekarang hanyalah beristirahat. Dia ingin cepat tertidur agar rasa sakit yang menyikas tubuhnya menghilang. Setidaknya, meski hanya untuk sementara dia ingin terbebas dari rasa sakit itu.
Tubuhnya benar-benar tak berdaya saat itu. Rasanya seperti remuk. Dari ujung kaki sampai kepala semua terasa sakit. Terlebih lagi rasa sakit di bagian punggung yang kini merambat ke dadanya hingga membuat dia sulit bernafas.
Shhh-
Cowo itu memejamkan mata dengan kening berkerut dalam. Menekan dadanya yang terasa sesak. Berharap bahwa hal itu akan mengurangi sedikit rasa sakitnya, namun hasilnya nihil. Karena rasa sakit itu tak kunjung menghilang.
Wajah Kevin semakin pucat dan sekujur tubuhnya berkeringat dingin. Bulir-bulir air mata pun mengalir dari sudut mata Kevin.
Anak yang selalu kuat kini tampak tak berdaya. Dengan puluhan luka biru di sekujur tubuhnya dan rasa sakit di dalam hatinya dia begitu menyedihkan. Dan lagi, dia tak memiliki siapapun untuk berbagi rasa sakit itu.
Ini bukan pertama kalinya Kevin di pukul Alex, tapi rasa sakit itu tak pernah tertahankan. Terlebih lagi dengan adanya rasa sakit di dalam hatinya.
Selama ini dia selalu bertanya-tanya, kenapa ayahnya selalu memperlakukan dia begitu kejam. Padahal dia kan juga anaknya. Kenapa sang ayah selalu memperlakukan dia berbeda dengan Alvin. Kalau Alvin membuat kesalahan, ayahnya tak pernah memukulnya, ayahnya hanya menasehati dengan penuh kasih. Tapi kenapa ayahnya selalu memukulinya ketika Kevin melakukan kesalahan kecil. Bahkan saat Kevin tak melakukan kesalahan sekali pun ayahnya sering memukulinya. Kalau memang ayahnya sangat membencinya dan tak menginginkan keberadaannya, bukankah akan lebih baik bila dia dibunuh sejak kecil. Karena dengan begitu Kevin tak perlu merasakan siksaan seperti ini.
****🍀
Suara isak tangis itu menemani kesunyian malam ini. Setelah pertengkaran hebat dengan Alex, Mika terisak di dalam kamar seorang diri. Dia mengusir Alex dan menyuruh lelaki itu untuk tidur di luar. Hal ini memang selalu terjadi setelah Alex memukuli Kevin. Karena Mika paling Tidak suka dengan Alex yang sangat ringan tangan seperti tadi. Meski wanita itu sering cuek pada Kevin karena terlalu fokus pada Kayla dan Alvin tapi dia tak suka kalau harus melihat anaknya di hajar seperti tadi.
****🍀
Dengan langkah terburu-buru Alvin menuruni barisan anak tangga. Setelah dia melihat kamar adiknya yang sudah kosong. Cowo itu langsung bergegas ingin cepat sampai ke sekolah. Dia ingin melihat keadaan Kevin. Dia ingin meyakinkan dirinya bahwa Kevin baik-baik saja. Karena biasanya Kevin akan terkena demam setelah di hajar oleh Alex.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...