Kalau aku bisa memilih, mungkin aku akan milih untuk tidak dilahirkan ke dunia ini.****Kevin 🍀
Mata Kevin membulat, jantungnya pun berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Perasaan takut kini membalut hatinya. Seseorang yang sangat dia takuti, seseorang yang selalu memberikan tanda biru di tubuhnya kini berdiri di hadapanya.
Kevin mundur selangkah saat Alex berjalan mendekatinya. Wajah Kevin kini tampak pucat. Cowo itu tau, pasti ada sesuatu yang membuat ayahnya masih terjaga di jam segini. Dia tau pasti ada sesuatu yang membuat ayahnya marah hingga ayahnya menunggu kepulangan Kevin.
Alex menatap anaknya tajam. Kevin merunduk, cowo itu tak berani menatap wajah murka ayahnya.
Tiba-tiba....
PLAKK!!
Tamparan itu mendarat mulus di pipi kanan Kevin hingga menimbulkan bekas merah dan membuat pelipis bibir Kevin berdarah. Kevin memegang pipinya yang terasa panas.
"KAMU TAU APA KESALAHAN KAMU?!" Tanya Alex dengan nada suara tinggi. Namun anaknya hanya diam membisu dengan kepala yang tertunduk dalam. Dan tentunya hal itu membuat Alex semakin kesal.
Tanpa terduga pria itu menjambak rambut Kevin dan membuat anaknya memandang ke wajahnya secara paksa.
ARRRGGG!!
Kevin mengerang kesakitan akibat jambakan ayahnya yang begitu kuat menarik rambutnya.
"Ampun yah, sa-kitt." Ucap Kevin lirih.
Cowo itu berusaha melepaskan tangan ayahnya yang menjambak rambutnya begitu kuat, namun hasilnya nihil. Dia tak bisa menandingi kekuatan fisik ayahnya.
"KAMU TAU APA KESALAHAN KAMU?!" Alex kembali mengulang kalimatnya dengan bentakan keras. Kevin menggeleng pelan. Dia benar-benar tidak tau apa kesalahannya yang membuat ayahnya sampai semarah ini.
"Enggak yah, ampun...sa-kit..." Jawab Kevin dengan suara serak dan mata yang mulai memerah karena menahan sakit di kepalanya.
Karena tidak puas dengan jawaban anaknya, Alex semakin emosi. Pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat. Lalu tanpa berpikir, dia menghempaskan tubuh Kevin hingga terjungkal ke lantai dan membuat punggung Kevin terbentur sudut lemari kayu dengan keras.
Arrggg!!
Kevin kembali mengerang kesakitan. Rasa nyeri merambat cepat ke seluruh tulang punggungnya dan membuat nafasnya menjadi sesak.
Di saat itu, sebuah amplop yang tampak lusuh melayang ke hadapan Kevin. Kevin terkesima, jadi karena itu ayahnya marah. Karena surat panggilan orang tua itu. Tapi dari mana ayahnya mendapatkan surat itu?
Bug!
Belum hilang rasa nyeri di punggung Kevin. Alex kembali menendang tubuh Kevin hingga tubuh duduk anaknnya itu menjadi tersungkur di lanti.
Tapi Alex masih belum puas. Pria paruh baya itu mengambil stik golf yang tergeletak di samping lemari yang berada di belakang Kevin, lalu memukuli tubuh Kevin dengan stik golf itu dengan membabi buta.
"Ampun, Yah!" pekik Kevin sembari meringis menahan sakit.
"Sakiat, yah...jangan pukul lagi." Mohon Kevin tak berdaya, tapi ayahnya seperti tuli dan tak mau mendengar ucapan anaknya. Dia masih memukuli Kevin tanpa ampun.
Tubuh Kevin meringkuk sempurna. Dapat ditebak bahwa kini tubuh yang ada di balik baju seragam itu sudah tercetak banyak memar biru akibat perbuatan Alex.
Kevin tak mampu melawan. Cowo itu sudah tak berdaya. Rasa sakit yang menyerang kepalanya dan sekujur tubuhnya sudah cukup untuk melumpuhkan gerakan Kevin. Tapi Alex masih melancarkan serangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER (END)
Teen Fiction"Karena gua kakak lo! Gua yang akan ngelindungin lo! bukan lo yang melindungi gua! jadi jangan bersikap seolah-olah lo pelindung gua dan bikin gua keliatan kaya kakak yang gak berguna!" Alexandar Alvin. "Apa lo tau seberapa takutnya gua saat lo di b...