2. Gunda

39.9K 2.2K 18
                                    

Setelah selesai mengisi perut dan frustasi menunggu ke hadiran Alvin yang tak kunjung muncul di kantin, Iqbal pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Dia kesal dengan sahabatnya, dia merasa di campakkan. Padahal tuh anak ngomong akan menyusulnya tapi nyatanya apa, ditungguin tidak juga datang.


Iqbal memasuki kelas yang masih sepi karena setengah penghuni masih mengungsi di kantin. Jam pelajaran ke 3 masih 1 jam lagi. Jadi masih ada banyak waktu untuk bersantai. Iqbal berjalan mendekati Alvin yang sudah duduk di bangkunya. Awalnya cowo itu mau langsung mengomel namun langsung dia urungkan saat melihat ada hal aneh dengan sahabatnya itu.

"Bro, kenapa lo? muka lo pucet banget. Lo sakit lagi? Mau gua anter ke UKS?" Pria itu melontarkan pertanyaan bertubi-tubi dan membuyarkan lamunan Alvin. Alvin pun sontak menoleh ke arah Iqbal.

"Enggak, gua gak papa." Jawab Alvin jujur, tapi Iqbal ragu. Nyatanya sahabatnya itu selalu mengaku bahwa dia baik-baik saja tapi akhir-akhirnya pingsan.

"Serius?"

"Dua rius malahan!" Alvin berusaha meyakinkan sahabatnya.

Kemudian cowo itu menghembuskan nafas panjang. Sorot matanya berubah menjadi sendu.

"Gua cuman lagi bingung aja, Bal."

Melihat perubahan raut wajah sahabatnya Mata Iqbal menyipit.

"Bingung kenapa?"

Alvin mengeluarkan sebuah amplop putih ke hadapan Iqbal. Awalnya Iqbal tak paham maksud Alvin, tapi setelah dia membaca nama yang tertera di amplop itu, dia pun mengerti.

"Gile, parah banget tuh anak, sampe dapet surat panggilan ortu gini." Iqbal menggeleng heran. Sumpah dia benar-benar heran. Kenapa wajah sama tapi sifat beda 180 derajat. Si kakak murid teladan dan si ade murid pembawa masalah. "Bisa-bisa kena DO tuh, kembaran lo."

"Menurut lo, harus gua apain nih amplop?"

"Yah kasih lah ke bonyok lo. Masa mau lo buang?"

"Tapi gua gak tega, Bal." Jawab Alvin ragu. "gua gak mau ade gua di marahin bokap gua. Lo tau kan, bokap gua kerasnya kaya apa?"

"Ya tau. Tapi apa boleh buat, bro? itu udah jadi konsekuensi dia. Karena dia udah melanggar aturan sekolah." Jelas Iqbal. "Dia yang berbuat dan dia yang harus bertanggung jawab. Biar dia bisa dewasa nantinya. Kalo lo terus manjain dia kapan dia bisa berubah?"

Alvin terdiam, ucapan Iqbal memang benar. Tapi sumpah, dia ragu. dia gak yakin bisa ngasih surat itu ke orangtuanya. Terlebih lagi perlakuan ayahnya terhadap Kevin begitu keras. Dia gak mau adiknya kenapa-napa nantinya.

Melihat Alvin yang termenung Iqbal menghelai nafas panjang. Dia tau Alvin itu memang sangat sayang pada adiknya. Dia selalu melakukan apapun untuk melindungi saudara kembarnya. Meski itu akan membahayakan nyawanya sekalipun tapi dia akan melakukannya.

Seperti saat pertama kali mereka menjabat sebagai murid baru di sekolah ini. Saat Kevin berulah mengerjai kakak kelas yang mejadi pentolan sekolah dan membuat merek ingin balas dendam.

Dan apa yang terjadi?

Alvin yang tau lebih dulu niat buruk para kakak kelasnya itu. Tanpa pikir panjang untuk melindungi Kevin, dia melakukan tindakan gila dengan berpura-pura menjadi Kevin dan melawan gerombolan kakak kelasnya. Sumpah itu hal yang paling bego yang Alvin lakukan. Jago bela diri aja kagak. Tubuhnya lemah, Iya. Tapi dia tetep nekat.

Dan hasilnya apa? Setelah itu Alvin di larikan ke rumah sakit. Penyakitnya kambuh. Dia koma 3 hari.

Sungguh, itu adalah tragedi yang gak akan pernah bisa terlupakan dalam hidup Iqbal. Dia benar-benar merasa bodoh saat itu karena tidak dapat menahan Alvin. Padahal dia tau bahwa Alvin punya penyakit. Tapi dia benar-benar gak berguna.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang