29. Sebuah Permintaan

20K 1.5K 86
                                    

"Karena Ayah, Bunda, dan Kak Alvin adalah orang-orang yang paling aku cintai."

**** a n o t h e r **

Kevin menuruni barisan anak tangga dengan langkah pelan, setelah cacing-cacing di perutnya berdemo meminta makan. akhirnya anak itu menyerah dan turun ke bawah untuk mencari makanan, padahal awalnya anak itu sudah bertekan untuk tidak keluar dari kamar karena ayahnya sudah pulang kerja. Tapi perutnya tak mau di ajak kompromi, jadi mau bagaimana lagi?

Anak itu menghepaskan nafas jegah menyesali pilihan yang dia ambil. Kemudian langkah kakinya terhenti saat dia tak sengaja berpapasan dengan sang ayah.

Dalam sehari ini, sejak malam itu, Kevin memang menghindari ayahnya, entah mengapa hatinya terasa sakit saat melihat pria itu. Namun kini tanpa sengaja dia malah berpapasan dengan sang ayah. Sangat sial memang. Aah, jadi apa yang harus dia lakukan kalau sudah begini? Kevin benar-benar tidak tau. Dia selalu mati kutu di depan ayahnya. Padahal orang itu adalah ayahnya sendiri, orang yang sejak kecil membesarkannya dan melihatnya tumbuh, namun entah megapa sosok itu seperti orang lain. Lebih tepatnya dia tak pernah menganggap Kevin seperti anaknya.

Kevin ingin berbalik meninggalkan sosok itu. Dia tidak akan kuat menghandapi ayahnya saat ini, dan mungkin setelah ini dia akan terus menghindari ayahnya sampai oprasi itu di lakukan. Karena mungkin itu adalah cara terbaik. Setidaknya dengan Kevin melakukan hal itu, luka dan rasa sakit dalam hatinya akan sedikit berkurang. Karena dengan melakukan hal itu--menjauh dari ayahnya-- pengharapan dia untuk bisa kembali dekat dengan Sang Ayah akan sedikit meredam. Karena terus berharap tanpa membuahkan hasil adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Dan Kevin cukup tau diri, kalau samapi kapan pun dia tidak akan bisa mendapatkan kasih sayang dari sang ayah.

Alex menatap wajah anaknya yang pucat, sebenarnya dalam hatinya ada perasaan khawatir saat meihat sosok putranya itu. Tapi cepat-cepat dia buang dan dia musnahkan. Namun hal itu tak mudah karena nyatanya perasaan itu susah untuk di enyahkan. Karena darah lebih kental dari air. Karena rasa sayang itu nyata.

Alex mencegah putranya yang ingin pergi meninggalkannya.

"Kamu belum makan kan? "tanya Alex tiba-tiba , pria itu tersenyum tipis."ayo kita makan bareng!" sontak mata Kevin pun membulat sempurna akibat terkejut. Kali ini anak itu memberanikan dirinya memandang mata Sang Ayah.

"Ayah ngajak aku makan bareng?" Pertanyaan polos itu pun keluar dari mulut Kevin. Ini adalah sesuatu yang mengejutkan. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama ayahnya mengajak dia makan bersama. Apa dia sedang bermimpi? Kevin membatin dalam hati.

Alex mengangguk pelan. "Tadi ayah beli nasi goreng dua. Mumpung masih anget." Ajak Alex sembari berjalan ke arah meja makan. Ini seperti deja'vu bagi Kevin, kemarin anak itu yang mengajak ayahnya makan bersama, tapi sekarang ayahnya yang mengajak Kevin makan bersama. Bukankah ini sebuah kemajuan?

Seulas senyuman senang terhias di bibir Kevin setelah itu. Dengan langkah cepat tanpa banyak berfikir lagi anak itu berjalan mengekori sang sayah. Ini sama seperti swaktu dia masih kecil, dia selau mengekori sang ayah kemanapun ayahnya pergi, bahkan saat ayahnya sedang makan pun anak itu akan ikut meminta makan oleh bundahnya supaya bisa makan bareng dengan sang ayahnya. Tapi hal itu sudah tak pernah dia lakukan lagi saat kak Vino pergi. Dan untuk pertaman kalinya setelah sekian lama, akirnya ayahnya mau mengajak dia makan bersama. Bukankah hal itu sangat membahagiakan. Sungguh, hal kecil ini sangat membuat Kevin bahagia.

Terimakasih Tuhan..

Kevin memakan nasi goreng yang dibelikan ayahnya dengan lahap. Rasa bahagia itu masih menemaninya. Dan dia harap waktu dapat berhenti cukup samapi di sini. Meski hal ini tidak nyata atau ini hanyalah sebuah kepura-puraan sang ayah, namun hal itu sudah cukup bagi Kevin, karena dia merasa bahagia.

ANOTHER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang