" Satu persatu mulai meninggalkan. Dan aku tak tahu cara untuk bertahan. "
______________________________________
Agatha dan Ticha yang baru saja pulang sekolah, langsung menemui Bundanya di kamar. Tapi mereka berdua berhenti. Tidak berani mengacaukan percakapan Bundanya yang sedang bertelfon ria dengan orang disebrang sana.
"Tha, Bunda perubahannya banyak ya?" tanya Ticha yang masih berdiri di samping Agatha.
"Iya kak. Baguslah kalo begitu.." jawab Agatha samar."Ya ya"
"Siap"
"Ya udah. Sama sama ya"
"Makasih banyak loh"
"Waalaikum salam.."
Itulah percakapan diantara bundanya dan seseorang yang dapat didengar Ticha juga Agatha.
Ticha menerbitkan senyum simpul di kedua pipinya yang membentuk lesung pada pipinya itu. Hatinya terasa senang melihat keadaan bundanya yang semakin hari semakin membaik.
Bundanya berbalik dan mendapatkan kedua putra putrinya di ambang pintu. Senyum simpul mengembang di sudut bibir Farah.
"Assalamualaikum Bunda...!" ucap Ticha seraya mendekat ke arah Bundanya dan mendekap Bundanya erat-erat.
"Gimana sekolahnya?" tanyanya yang sekarang wajahnya dihadapkan kearah Agatha juga Ticha.
"Ba-baik Bun" eja Agatha yang terlalu kaget akan pertanyaan Bundanya. "Ayo ke ruang tengah!" ajak Farah seraya mengandeng tangan Ticha.
Keduanya duduk berdampingan di samping Bundanya. Bundanya mengusap puncak kepala Agatha yang selalu mengisyaratkan untuk terus tegar. Tapi Agatha tak pernah mengartikannya seperti itu."Kalian mau makan apa?" tanya Farah yang semakin semangat melihat kedua buah hatinya meringkuk di dekapannya.
"Bun, buatin martabak ala Bunda dong!" seru Ticha. Agatha pun sumringah mendengarnya. Mereka berdua seperti anak yang belum tahu rasa martabak. Padahal dulu seminggu sekali, Bundanya selalu membuat martabak untuknya. Tetapi semenjak sepeninggalan Ayah, kondisi Bundanya lebih lemah daripada biasanya.
"Yaudah, kalian cepet mandi terus bantu Bunda di dapur ya!" ucap Farah sambil berjalan menuju dapur.
"Eh gue ada tantangan. Siapa yang sampek dulu ke dapur, dapat martabak banyak. Kalo kalah cuma dapet sepotong. Gimana Tha?" tantang Ticha.
"Ok. Siapa takut!" jawab Agatha sambil berlari menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Ticha.
"Eh, eh curang lo. Tungguin Tha!" seru Ticha yang mengejar kegiatan Agatha.
Sedangkan di dapur, Farah memandang kedua buah hatinya dengan rintikan air mata.
'Semoga ini menjadi yang terbaik buat Ticha dan juga Agatha. Aku sebenarnya juga nggak tega ninggalin mereka. Tapi apa boleh buat? Aku harus cari mas Farhan. Insya Allah. Aku siap apa yang terjadi nanti'
Agatha langsung mandi lalu membalut tubuhnya dengan kaos dan memakai celana pendek.
Sip..!

KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Novela Juvenil"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...