"Meskipun sedekat nadi. Tapi tak ingin menjadi. Mau dikatakan apa lagi?"
____________________________________
09.00 AM
UN terjadi di sekolah Agatha. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Bel terdengar berdentang. Menandakan Ujian Nasional telah selesai. Agatha dan teman-temannya langsung berkumpul di parkiran untuk merayakan selesainya UN di sekolahnya.
"Gimana guys? Enak juga kan sekolah kaya gini? Pergi pagi pulang pagi. Hhhh...!" sahut Nafis.
"Iya ya, anak TK aja kalah. Palingan pulangnya jam setengah sepuluh. Hhhh...!" timpal Danu.
Tawa mereka bersatu. Sehingga ada sebuah semangat baru yang muncul di wajah mereka. Semangat bahwa mereka akan melanjutkan sekolahnya di SMA alit Jakarta. Di SMA jaya bakti."Untung aja, waktu kita test gelombang pertama kemaren, masuk!Kalo nggak? Nggak satu sekolah lagi kita semua," sambung Rafli.
"Jadi kita tinggal nunggu Ijazah doang dong?" tanya Agatha yang mulai tertarik dengan pembicaraan dari teman-temannya.
Drttt... Drttt... Drttt...
Tiba tiba handphone Agatha bergetar. Dan ketika dilihat, yang menelfon adalah kakaknya.
Agatha segera mengangkat telpon dan menjauh dari kawanannya.
Percakapan di dalam telepon pun terjadi."Napa telpon gue?" tanya Agatha ketus.
"Tha, lo bisa kan sekarang pulang. Terus lo ambil tuh laptop gue yang di kamar. Bisa kan Tha? Tolong? Pliese!Terus langsung anterin ke SMA gue? Ya Tha ya?" rayu Ticha.
"Bicara tuh pelan-pelan. Panas nih kuping!" sahut Agatha di seberang sana.
"Tolong dong Tha? Nanti gue kasih upah deh." Bujuk Ticha.
"Iya iya gue langsung pulang nih!" jawab Agatha dengan tenang.'Tut... tut... tut...'
Sambungan telepon dihentikan oleh Ticha. Agatha segera pamit kepada teman-temannya dan segera pulang kerumah. Sesampai di rumah, Agatha langsung mengambil laptop kakaknya yang berada di meja belajar. Ia segera mengambil mobil di garasi dan meluncur ke SMA kakaknya.
Dari kejauhan, Ticha mengenali siapa yang datang. Ia segera turun dari tangga halaman sekolah dan mendekat ke arah Agatha.
Anak-anak cewek yang menyaksikan kedatangan Agatha ke sekolah mereka, langsung histeris. Agatha hanya pringas pringis. Ya, kalo bukan karena kegantengannya, apa lagi?
"Eh, mana laptop gue?" bentak Ticha yang menyadarkan lamunan Agatha.
"Nih!" jawab Agatha sambil menyerahkan laptop kearah kakaknya.
Ticha segera memeriksa laptopnya. Setelah itu ia segera berbalik. Belum ada dua langkah, Ticha mendekati Agatha lagi."Heh! Ngapain masih di sini? Pulang sono!" bentak Ticha.
"Diambilin laptopnya bukannya terima kasih kek, malah bentakin orang mulu," gerutu Agatha sambil memasukkan tubuhnya kedalam mobil.
Ticha masih memperhatikan tubuh saudaranya itu dengan muka yang super judes.
Sebuah lampu terpasang di atas kepala Agatha. Agatha punya ide ingin menjahili kakaknya. Ia segera menginjak pedal gas mendekati kakaknya.
"Agatha...!!!" teriak Ticha yang ketakutan. Setelah kurang dari beberapa centi meter dari tubuh Ticha, Agatta segera membelokkan mobilnya keluar dari halaman sekolah Ticha.Di dalam mobil, Agatha tertawa penuh kemenangan.
"Gila tuh anak, kalo dia bener-bener nabrak gue. Terus gue is dead dong!Nggak mikir apa itu bocah? Huft... huft...." omel Ticha sambil mengatur nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Jugendliteratur"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...