" Aku mencoba merelakan dan mengiklaskan. Berharap sabar karena ini ujian. "
___________________________________
"KAKAK udah siuman?" tanya Agatha yang begitu khawatir dengan keadaan Ticha."Agatha? Lo ngapain disini?" tanya Ticha yang terkejut dengan kehadiran Agatha di kamarnya.
"Lo tadi malem pingsan apa ketiduran di lantai?" tanya Agatha dengan tatapan intens.
"Pingsan?"
"Ya. Lo tuh pingsan tadi malem. Dari semalem dibangunin nggak bangun bangun. Yang tidurnya akut tuh lo. Bukan gue." cerocos Agatha tanpa jeda.
"Tidur akut?"
Ticha sepertinya belum sadar seratus persen. Mungkin kurangannya masih nol koma nol nol nol satu persen. Belum tahu arah pembicaraan kemana.
"Sekarang jam lima pagi. Bangun terus mandi. Apa perlu gue mandiin juga?" ucap Agatha ngawur.
"Eh, lo tuh apa apaan sih! Hush..hush...sana!" usir Ticha sambil mengeser tempatnya berbaring ke sudut ranjang.
"Aduh...kakak gue baper! Ya kali gue mandiin lo. Najis tralala..." seru Agatha sambil berlari menuju kamarnya.
Ticha segera turun dari ranjang dan mencari handphone. Sudah menjadi kebiasaan Ticha setelah bangun tidur mencari handphone untuk melihat chat atau hal apapun dari teman grubnya. Dan ini sudah dilakukan dari SMP.
"O iya. Handphone gue hilang" katanya santai.
Ia segera menarik rambutnya di puncak kepalanya dan dikaitkan dengan kuncir berwarna biru tua. Ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya.
Lain di kamar Farah. Ia tak henti hentinya menangis sambil memandangi foto keluarga beberapa bulan yang lalu. Ticha yang begitu manja dengan Ayahnya dan Agatha yang suka mengganggunya. Ia rindu itu semua.
Semuanya berubah 360 derajat semenjak suaminya menghilang entah di daratan mana.
Agatha kini lebih memerhatikan kakaknya. Ticha juga mengurangi manjanya, dan ia yang selalu ceria kini selalu mengeluarkan air mata.
Farah masih tak tega meninggalkan kedua buah hatinya itu. Tapi ia sudah bertekad untuk tidak kembali ke rumah sebelum ia menemukan kabar suaminya dimana berada dan bagaimana keadaannya.
Pagi ini. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir dengan Agatha dan juga Ticha sebelum keberangkatannya ke Amerika.
'Tok tok tok'
Terdengar pintu diketuk. Farah langsung menghapus air matanya dan berdiri untuk membukakan pintu.
"Bunda.." suara Ticha lirih dan memeluk Farah. Farah juga langsung menarik Agatha dalam dekapannya.
"Maafin Bunda ya sayang?" suara Farah mulai terdengar parau. Ticha langsung melepas pelukan itu. Begitupun Agatha.
"Aku nggak akan ngelarang Bunda buat nyari keberadaan Ayah. Aku cuma bisa berharap, Ayah cepat ketemu dan kita sama sama lagi" ujar Ticha yang mencoba menerbitkan senyum simpulnya. Farah yang mendengarnya pun ternganga.
"Kamu nggak pa-pa?"
"I' m sure bun.."
"Yaudah. Kalau gitu waktu terakhir Bunda sebelum berangkat kita gunakan untuk sarapan bersama. Gimana?" tanyanya.
Mereka hanya menggangguk. Lalu makan bersama dan kadang diselingi dengan canda tawa. Setidaknya ada secoret kenangan sebelum keberangkatan Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Teen Fiction"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...