" Melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati itu lebih sakit daripada tertusuk duri "
_________________________________
Siang ini perlahan mata Ticha terbuka. Terlihat ruangan bernuansa putih dimatanya.
"Agatha"
Nama itulah yang pertama kali ia ucapkan. Rivan yang masih setia di sofa kini beranjak mendekati dimana tubuh Ticha terbaring.
Mata keduanya bertemu.
"Ri-van"
Rivan hanya menanggapinya dengan tersenyum. Rivan duduk disamping tubuhnya yang lemas.
"Agatha dimana? "
"Agatha ada diluar. Apa aku panggilkan sekarang? "
Ticha mengangguk. Kemudian Agatha muncul. Rautnya berbinar mendengar kakaknya bangun dari tidur lamanya.
"Kak"
"lo baik baik aja kan? " tanya Ticha sambil mengelus bahu remaja itu. Agatha sempat berfikir di keadaan kakaknya seperti ini, Ticha malah memikirkan dirinya. Ada perasaan yang ia ingin ungkapkan pada kakaknya tapi sebisa mungkin ia harus menahannya sampai waktu yang berkata.
"maafin kakak udah buat lo khawatir"
"aku yang minta maaf kak, nggak bisa jaga kakak dengan baik" ucap Agatha yang seketika merubah logatnya dengan baik.
"tante sama om yang ada di Bandung kesini jagain kakak" tambahnya. Senyum di wajah Ticha sumringah.
Ia kembali menatap Rivan. Ia rasanya malu dengan Rivan. Ia telah marah atau bahkan membenci cowok itu. tapi nyatanya cowok yang kemaren ia sukai jauh lebih buruk daripada Rivan.
Pelupuk matanya menghangat. Air itu keluar kembali.
"Agatha, kakak mau bicara sama Rivan. Lo keluar dulu ya. Mau kan? "
Agatha mengangguk dan pergi berlalu setelah memastikan Kakaknya baik baik saja.
Rivan mendekat kearah Ticha. Ticha masih menangis. Tiba tiba tangan Rivan tergerak untuk menghilangkan aliran air yang terus keluar dari pelupuk mata Ticha.
"aku nunggu kamu disini" gemingnya pelan.
"gu-gue minta maaf" ucap Ticha terbata bata karena isakan tangisnya.
"gue minta maaf selama ini gue selalu menolak apa kata hati gue" tambahnya.
"Cha, melakukan sesuatu itu harus diawali dari hati. Tapi aku sangat bersyukur, doa aku dikabulkan Tuhan. Kamu bisa bangun dan berbicara dengan aku"
Ticha tersenyum."lo udah tahu semuanya? "
Tanya Ticha memastikan. Rivan mengangguk."lo kog bisa tahu Agatha adik gue? "
"Tuhan sudah memberi tahu aku lebih dulu sebelum kamu memberi tahu aku". Ticha tersenyum mendengar ucapan Rivan.
Kemudian ia merubah posisinya menjadi duduk.
"kenapa bahasa nya baku banget kaya gitu? " tanya Ticha pelan. Rivan menunduk menyamakan kepalanya dengan Ticha."memangnya aku tidak boleh berbicara dengan bahasa yang benar dengan calon pasangan hidupku nanti? "
Blushing. Satu kata yang tepat diajukan untuk Ticha saat ini. Pipinya sudah semerah tomat pastinya.
Rivan menggenggam tangan Ticha.
"maafkan aku waktu itu. Semuanya sudah terbongkar. Waktu kita putus dulu handphone ku dibajak Elliza " terang Rivan pelan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Dla nastolatków"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...