" Apa gue salah hadir disana? Dihati salah satu ciptaan-Nya. Yang membuat rasa ini bermakna. "
______________________________________
PAGI ini ZAT sudah berjajar rapi didepan pintu ruang operasi Aulia. Paman dan bibi nya juga ada disana. Om Haris langsung bertanya pada salah satu dokter yang keluar dari ruangan operasi itu.
"Gimana kondisi keponakan saya?"
"Kondisi keponakan bapak sudah membaik. Tapi bapak juga harus sabar karena keponakan bapak ini sedang dalam keadaan koma" jelas dokter tersebut.
Tante Salma langsung terdiam dan terisak. Allea dan Ticha pun langsung menangis dan bersandar pada bahu Ziva.
"Maaf kalau begitu Pak, Buk, Dek. Saya permisi dulu untuk nengecek kondisi pasien yang lain" sapanya dan bergegas meninggalkan kami dengan tangisan.
Koma.
Satu kata yang berarti kita harus menunggu. Menunggu sampai kapan?
Entahlah.Kondisi Aulia sehabis kecelakaan itu kepalanya terkena benturan yang cukup keras dan diharuskan untuk operasi. Sedangkan tangan kanan nya patah. Dan sekarang ditambah lagi koma.
Kenapa semuanya terjadi secepat ini?Padahal sebelumnya mereka bercanda gurau tanpa ada firasat apapun. Bukankah Aulia menolong orang? Kenapa harus dia yang kecelakaan?
Om Haris dan Tante Salma langsung menelfon orang tua Aulia. Kabarnya mereka akan menjenguk Aulia seminggu lagi. Karena papa dan mama nya juga sibuk bekerja untuknya.
Dan sekarang Aulia di pindah ke ruang ICU. Dengan peralatan medis menggeluti tubuhnya.
"Dok boleh saya melihat keponakan saya dok?" tanya Tante Salma yang masih terisak.
"Boleh buk. Tapi harus dua orang saja atau tiga orang. Lebih dari itu tidak boleh. Karena Aulia juga membutuhkan ketenangan dulu"
Lalu Om Haris dan Tante Salma masuk duluan. Mereka memakai baju khusus untuk masuk keruangan tersebut.
Setelah cukup lama, Om Haris keluar dengan Tante Salma yang masih menangis di bahu om Haris. Lalu ZAT masuk ke dalam ruangan itu juga.
"Padi...." sapa Ziva pelan.
"Aul...." sapa Allea pelan
Dan..
"Lia...bangun Lia" geming Ticha.Melihat kondisi seperti ini siapa yang tak menangis. Rambut panjangnya yang sering dikuncir kuda sekarang lenyap. Sekarang yang terlihat adalah tempurung kepala yang pelontos. Tak ada satupun rambut yang tumbuh disana.
Mata nya masih terpejam dalam dunia nya. Mungkin ia sedang tertidur untuk menjelajahi alam yang ia impikan.
Alat pendeteksi jantung lah yang mengusik tangisan mereka. Tapi suatu keajaiban muncul ketika Ticha melihat di kedua sudut mata Aulia terdapat air mata yang mengalir. Tanpa ba bi bu, Ziva pun langsung memanggil dokter.
Setelah kondisi Aulia di cek, dokter berkata "Dia sudah bisa mendengar, tapi dia belum bisa melihat dan bergerak. Otak nya masih belum begitu merespon apa yang ada disekitarnya. Sebaiknya kalian lebih sabar. Doakan supaya teman kalian cepat pulih" papar dokter wanita itu dengan hati hati.
"Beneran sudah ada kemajuan dok?Alhamdulillah." seru mereka bertiga.
Dokter tersebut hanya menggangguk dan berjalan keluar dari ruangan.
Ticha segera menggenggam tangan Aulia yang masih dingin."Aul yang kuat ya? Kita pasti tungguin Aul sampek sembuh."
"Kita pasti bisa ke cafe JOMBLO lagi sama Padi. Makan mie 2 piring. Aul- eh Padi pasti sembuh. Yang kuat ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Dla nastolatków"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...