15. Kenangan

576 28 0
                                    

"Tanpa aku sadari. Perasaan itu muncul kembali yang menyebabkan rasa itu hadir lagi."

______________________________________

"Ayah... ini kan hari Minggu. Masa Ayah mau berangkat sekarang juga?" rengek Ticha.
Memang ini hari Minggu plus liburan sekolah. Jadi para siswa siswi asyik dengan kegiatannya masing-masing.

"Ticha... Ayah kan ada proyek di perusahaan baru yang di Amerika sayang... jadi Ayah besok pagi harus ke bandara," terang Farhan, Ayah Ticha.

"Yah! Ayah kan nggak pernah dirumah liburan sama Aku sama Agatha. Terus Ayah kemaren pulang siang gara-gara ada acara sekarang ini ya?" suara Ticha kembali terdengar.

Farhan sudah memastikan keberangkatannya hari ini. Tapi Ticha masih sama dengan Ticha yang dulu. Masih manja terhadap perhatian Ayahnya itu.

"Ayah... Ayah berapa lama sih di sana?"

"Mungkin satu tahunan Ticha," jawab Farhan yang masih sibuk menata berkas berkas di ruang kerja di dalam rumahnya.

"Yah, satu tahun itu lama. Batalin aja ya Yah? Kan ayah yang punya perusahaan, biarin karyawan aja yang ngerjain kerjaan ayah!"

Farhan bernafas keras untuk detik ini. Putrinya ini pasti tidak akan menyukai dia untuk bekerja di luar negeri. Apalagi satu tahun. Kan lama?

"Sayang... cuma satu tahun. Nggak sampe seribu tahun kan?" goda Farhan yang duduk didekat Ticha.

Ditengah Ticha sedang merayu ayahnya untuk tidak ke Amerika, Agatha tiba-tiba datang tanpa permisi.

"Yah, Aku denger dari Bunda katanya Ayah mau ke Amerika ya?" tanya Agatha yang ikut duduk juga didekat orang tua tercintanya itu.

"Iya. Kenapa? Nggak boleh juga?"

Agatha langsung mengernyitkan keningnya.
"Nggak boleh apa? Malah aku mau ikut!" serang Agatha.

"Eh, nggak boleh nggak boleh! Lo tuh nggak bisa diajak kompromi!" sergah Ticha.

"Bukannya Ayah dulu kerja sama sama papanya Rivan ya?" intro Ticha lebih dalam. Berharap ayahnya membatalkan keberangkatannya itu.

"Ya. Ini Ayah juga masih kerja sama. Malahan Papanya Rivan itu dukung banget Ayah ke Amerika. Sebenarnya, semangat Ayah udah Down. Tapi, Papanya Rivan itu bikin semangat buat Ayah... jadi Ayah semangat deh!" celoteh Farhan.

Farhan kembali senyum tipis kepada putri dan putranya itu. Mencoba untuk mengerti keadaannya sekarang.

Akhirnya Ticha bisa mengucapkan satu kata.

"Iya."

Farhan langsung mengusap puncak rambut Ticha. Dan memeluk Ticha serta Agatha. Farah yang mengetahui hal itu, juga tersenyum. Meski, dalam lubuk hatinya yang paling dalam juga trenyuh ditinggal suami tercintanya itu.

Tapi ia mencoba mensupport pasangan hidupnya itu. Sekarang Farah hanya menjadi ibu rumah tangga. Ia sudah mengalihkan kantornya kepada karyawannya. Dan tugas ia sekarang merawat Ticha juga Agatha.

Farah yang berada di ambang pintu, segera masuk menemui keluarga kecilnya itu.

"Yaudah, hari ini adalah makan malam paling spesial! Di tengah tahun ini. Ayah mau buka perusahaan barunya, Agatha masuk di sekolah favorit Jakarta, dan... Ticha mendapat juara pertama lagi." Kultumnya.

"Yaudah. Kog bengong? Ayo kita makan!"ajak Farah yang sekarang ia berjalan menuju ruang makan.

Semuanya menurut. Berjalan dengan gontai menuju meja makan. Disana terhidang makanan kesukaan mereka semua. Ticha yang mengetahui hal ini sangat kegirangan. Begitupun Agatha. Mereka langsung duduk dan menunggu Bunda mereka yang mengambilkan nasi untuknya.

360 Derajat [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang