"DASAR! " pekik Ticha keras keras kepada temannya kuliah sekarang."Niken!! "teriak Melda disamping Ticha.
Niken Pratiwi. Seorang cewek yang jail, ceplas ceplos dan tomboy. Gadis ini berasal dari kota pempek-Palembang. Berbeda dengan Imelda Elisyana. Cewek yang satu ini cukup fenimin untuk ukuran cewek. Melda ini berasal dari Bandung. Mereka bertiga bertemu saat di Bandar Udara Internasional Melbourne-Australia.
Ticha dan Melda mengejar Niken yang baru saja menjahilinya dengan menali tali sepatu mereka ke tiang kursi pada salah satu cafe. Ketika keduanya sedang sibuk mengerjakan tugas dari kampusnya.
Mereka bertiga berada di kampus yang sama yaitu, University of Melbourne-Australia.
Ticha berada di jurusan Pharmacy & Pharmaceutical Sciences. Sedangkan Melda berada di jurusan Health & Biomedicine. Sedangkan Niken di jurusan Computer & IT.
"Kamu kenapa? "
Seseorang menahan tubuh Ticha. Sehingga tinggal Melda sendiri yang mengejar Niken yang semakin menjauh.
"Niken nali sepatu aku sama tiang kursi! " . Ticha tak bisa menahan amarahnya. Bagaimana tidak? Dia dipermalukan di depan umum. Dan kebetulan cafe yang digunakannya khusus untuk anak kampus. Malunya bukan main. Dan Niken seenak jidatnya langsung meninggalkan mereka tanpa pamit.
"Udahlah. Kaya nggak tahu Niken aja. Dia emang kaya gitu" tenang Rivan sambil memegang kedua bahu Ticha seolah menenangkan Ticha.
"Belain aja terus! Dia kan jurusannya juga sama kaya kamu! "
Rivan berdecak pelan. Niken selalu saja membuat Ticha terus memarahinya. Seperti sekarang.
"Tivan, jangan marah sama aku. Niken cuma temen satu jurusan sama aku. Aku nggak akan pergi begitu aja" ucap Rivan sambil menangkup wajah Ticha dengan kedua telapak tangannya. Perlahan Ticha mengangguk.
"Kalian! "
Mereka menegok siapa yang baru saja berteriak dengan bahasa Indonesia.
Melda."Gue ngejar Niken, kalian malah pacaran?! Nasib jomblo ngenes banget ya?! " ucap Melda sedikit tersedat sedat karena lelah berlari. Mereka sedang berada di trotoar menuju asrama.
Ticha tersenyum puas.
"salah siapa nggak punya pacar?" ejek Ticha.
Saat Melda mengatur ritme jantung dan juga pernapasan nya, datanglah kedua teman Rivan dari belakangnya."Capek ya Mel? "
Melda terperanjat ketika sebuah tangan mengalung di bahunya. Ia langsung mendongak siapa pelakunya.
"Ah! Lo lagi! Tangan lo panuan! Nanti kalo gue ketularan gimana?! " ucapnya sambil melepaskan tangan Genta dari bahunya. Dan alasannya sama, tangan cowok itu panuan. Padahal sebenarnya tidak.
Genta Antariksa. Cowok ini memang dari pertama kali mereka kenal sudah menyukai Melda. Rambutnya yang ber-pomade membuatnya terlihat lebih cool. Genta berada di jurusan visual art. Sebenarnya Melda juga menyukai Genta. Tapi karena Genta memiliki sifat tengil, Melda jadi tidak menyukainya.
" Sabar Ta"
Tepukan tangan pada bahu Genta membuat Melda semakin kesal. Sejak dulu tidak ada yang berpihak kepadanya.
"Ah lo Prim! Bilang sabar! Tapi kalo dikejar Niken aja lo diem diem marah! " balas Genta.
"Dasar lo! "
Ok. Cowok yang satu ini namanya Prima Mahendra Putra. Panggilannya Prima. Cowok ini masuk di jurusan bussines. Cowok penyuka basket ini sering dikejar oleh Niken karena Niken memang menyukainya. Niken memang memiliki cita cita berpacaran dengan cowok basket. Meski tomboy, ia memiliki selera yang cukup tinggi.
"Woy! "
Niken kembali dengan membawa sebuah kamera DSLR yang mengalung dilehernya. Ia berlari mendekati dimana teman temannya berkumpul.
"eh, Prima". Setelah sampai dia baru sadar disana ada Prima. Ia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Melihat ekspersi Prima saja, Genta ikut meringis.
"Gue bawa kamera, fotbar yuk! "
Semuanya langsung mengangguk cepat. Lalu mereka berenam langsung berbaris memotret gaya gaya mereka. Niken yang dengan sengaja bergelayutan di lengan Prima, membuat laki laki itu gayanya seperti marah. Sedangkan Genta dan Melda ceria. Aneh. Padahal tadi saja bertengkar. Dalam keenam sahabat ini, hanya Ticha dan Rivan lah yang terlihat romantis.
Setelah dikira cukup, mereka langsung kembali ke asrama. Sepanjang perjalanan hanya diisi ocehan Niken untuk Prima.
"See you again, Tivan! " ucap Rivan sambil melambaikan tangan menuju ke asrama pria. Dibelakangnya diikuti Genta dan Prima. Dalam asrama ini memang disediakan khusus untuk pria maupun wanita.
"See you too, Rica! " balas Ticha tak kalah semangat.
"Kapan gue bisa bilang gitu ke Prima. jadinya kan 'Maken!' " gerutu Niken.
"Terus kalau Melda jadian sama Genta. Manggilnya kan 'Tada!' " tambahnya.
"Lih! Gue nggak mau plagiat kaya Ticha! Gue buat panggilan sendiri. Yaitu, Dalota" sahut Melda.
"Apaan Dalota? "
"Melda.... Love Genta! " teriaknya nyaring. Tak disangka, sahutan dari Genta yang belum jauh dari mereka terdengar.
"Genta juga lope lope sama Melda! "
Melda jadi keki sendiri. Ucapannya yang terlalu keras menyebabkan Genta mendengar dan menyahut.
Sedangkan Ticha dan Niken tertawa terbahak bahak melihat tingkah Melda."Melda... Melda... Gue rasa lo tuh sebenarnya juga suka sama Genta. Lo itu cuma gengsi mau mengakui"
Ucapan Ticha langsung dibalas Melda.
"Ih! Gue nggak suka sama cowok tangan panuan! "
"Serah lo Mel"
Lalu ketiga nya kembali berjalan.
"Mel, gengsi itu perlu. Cuma terlalu gengsi hidup lo bisa pilu. Itu sih yang gue denger dari Rivan""Aduh Cha! Cowok lo emang pandai sastra. Makanya bisa buat kaya gituan. "
"Tau tuh! " Niken ikut menimpali.
Ticha tak mengindahkan apa yang dikatakan keduanya. Ia memilih diam dan terus berjalan. Yang harus ia lakukan sekarang adalah bersyukur atas dipertemukannya dengan Rivan dan ia yang memilikinya.
[END]
NOTE :
Selesai sudah perjalanan kita disini.
Ada yang mau sequel?
Insya Allah, saya mau meneruskan cerita saya yang sempat tertunda yaitu, FEELING.
Baca juga ya... 💞Makasih buat pembaca sekalian yang ada dimanapun yang sudah menyempatkan waktunya buat baca cerita saya, makasih banyak. Maaf saya cuma bisa berkata terima kasih doang, hehe.....
I LOVE YOU ALL,,,,,,,,
SEE YOU AGAIN IN MY NEXT STORY....😘
Salam
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Novela Juvenil"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...