"Kamu gak takut Vi? Aku bawa ngebut-ngebutan gini?"
"Gak, ngapain aku takut, seru lagi!" ucap Via semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku jadi teringat masa-masa kita pacaran dulu Vin," batin Via.
-
-
Keesokan harinya#
"Sialan tu si Bagas, perut gue sampe rumah berubah mules!" gerutu Cakka."Iya, gue juga, pokoknya kita harus balas semua perlakuan mereka!" ucap Ray.
"Iih jangan, ntar Pak Rizki malah marah lagi sama kita, lagian gue yakin di sana Bagas juga lagi di hukum sama Pak Gilang," ucap Deva.
"Iya, Deva bener, semua gak perlu di perpanjang, gue males berurusan sama mereka!" ucap Alvin.
"Tapi Vin, gue gak terima, perut gue kemaren mules gila, entah apa yang udah mereka kasih ke minuman itu," ucap Cakka.
"Gue gak mau Via kenapa-kenapa Kka, lo lupa permainan kita itu ada sangkut pautnya sama Via, Atau lo mau liat gue berlutut di kakinya Bagas, iya? Kalo lo sama Ray tetep ngotot mau balas dendam, silahkan tapi jangan bawa-bawa nama gue!" ucap Alvin sembari pergi begitu saja.
"Gue juga gak ikut!" ucap Deva yang kini memilih untuk menyusul Alvin.
"Arrrgghh sial, ini semua gara-gara Abner sama Bagas, mereka sengaja bikin kita jadi terpecah kek gini!" Gumam Cakka.
"Iya Kka, terus kita harus gimana? Kita berdua gak mungkin ngelawan mereka, mereka terlalu banyak!" ucap Ray.
"Tau ah Ray, pusing gue!" ucap Cakka.
-
-
Kelas#
"Eh kalian udah denger kabar baru belom?" ucap Agni."Kabar Apaan?" tanya Via yang sedari tadi sibuk dengan buku novelnya.
"Abner mau pindah!" ucap Agni.
Hal itu sontak membuat semua murid yang ada di ruangan tersebut memandang ke arah Agni.
Termasuk Alvin dan Deva yang baru saja meletakan tas mereka di atas meja."Abner pindah? Apa mungkin dia pindah karna soal kemaren?" batin Alvin.
"Pindah ke mana? Lo dapat kabar dari mana Ag?" tanya Arin dan juga Zevana.
"Entahlah, gue tau dari Oik," ucap Agni.
"Hebat ya si Oik, semenjak jadi simpenannya Pak Sion, dia sekarang update banget soal apapun yang ada di sekolah ini," ucap Zevana.
Agni yang mendengar hal itu pun langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Zevana.
"Maksud lo apa? Jangan sembarangan ya kalo ngomong, Oik itu bukan simpenannya Pak Sion!" Agni berusaha membela Oik yang notabenenya adalah sepupunya sendiri, walaupun tak dapat di pungkiri kalau Oik memang sangat dekat dengan Pak Sion, bahkan tak jarang Pak Sion membelikan ia barang-barang mahal dengan cuma-cuma.
"Lo belain aja terus sepupu lo yang murahan itu," ucap Zevana.
"Apa lo bilang tadi?"
"Murahan!" ulang Zevana.
PLAAKK...
"Aarrrghh" zevana langsung meringis sambil memegangi pipinya.
Ya, Agni telah menampar pipi Zevana dengan begitu keras, membuat siswa yang lain ikut kaget atas perlakuan Agni terhadap Zevana. Via dan Ify pun langsung menghentikan Agni."Agni cukup, lo apa-apaan sih!" ucap Via.
"Sabar Ag!" tambah Ify.
"Gak bisa, dia udah ngatain Oik yang bukan-bukan. Dan lo Ze, sekali lagi gue denger lo ngatain Oik, gue gak akan segan-segan ngasih lo pelajaran lebih dari ini!" ucap Agni berlalu kembali menuju tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Kita
General FictionSEGERA TERBIT Sah-sah saja jika seorang lelaki mengungkapkan cintanya kepada seorang gadis. Namun bagaimana jika seorang gadis nekat mengungkapkan cintanya kepada seorang lelaki? Akankah lelaki itu mau menerima dirinya? Atau malah sebaliknya? - Pena...