Namun di saat Via ingin masuk ke dalam Aula, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.
"Via!" panggil lelaki berkemeja putih serta dasi berwarna biru malam, yang berhasil membuat Via terpukau melihatnya.
"Debo! Ada apa?" tanya Via.
"Nih buat kamu," ucap lelaki yang ternyata adalah Debo.
"Buat aku, kamu bikin novel lagi?" tanya Via sembari mengambil sebuah buku yang di berikan Debo padanya.
"Iya, tapi kayaknya ini novel terakhir aku," ucap Debo.
"Loh kenapa?"
"Gak papa, pengen fokus belajar aja, oh iya, maafin aku ya soal permintaan aku waktu itu," ucap Debo mengingat kembali di mana waktu itu ia sempat meminta Via untuk kembali padanya.
"Iya gak papa, lupain aja, maafin aku juga ya, ini makasih banyak loh novelnya," ucap Via.
"Iya sama-sama, eh acaranya udah mau mulai, ayo!" seru Debo sembari melangkah lebih dulu.
Via hanya mengangguk lalu berjalan di belakang Debo.
Acara kelulusan serta perpisahan memang di adakan di hari yang sama, tak heran kalau kini semua siswa-siswi sudah berkumpul di satu ruangan baik itu dari SMA Pertiwi maupun SMP Pertiwi.
Kini Via sudah bergabung kembali bersama kedua sahabatnya yang dari tadi sudah duduk di barisan nomor dua.
-
Acara demi acara pun telah di lewati dengan lancar, kini semua siswa-siswi tengah sibuk foto bersama, entah itu bersama para guru maupun bersama teman-teman, lain halnya dengan Via yang kini tengah melenggang menuju ruang kepala sekolah untuk mengambil ijazah milik Alvin.Tok..tok..tok..
"Permisi pak, saya ke sini mau izin ngambil ijazah atas nama Alvin Rezvan Liandra," ucap Via pada Pak Sion selaku kepala sekolah di sekolah itu."Oh iya, tunggu sebentar ya," ucap Pak Sion sembari bangkit dari tempat duduknya.
Tak lama kemudian, Pak Sion kembali ke tempat duduk beliau dan menyerahkan ijazah milik Alvin pada Via.
"Ini," ucap Pak Sion sembari menyerahkan map batik tersebut kepada Via.
"Terimakasih pak, saya permisi dulu," pamit Via.
"Iya, eh nanti kalau kamu ketemu Oik, tolong suruh dia ke ruangan bapak ya," titah Pak Sion.
"Iya pak." Via berkata dengan malas.
"Kapan tobatnya sih pak? Heran gak bisa liat yang bening-bening," batin Via sembari keluar dari ruang pak kepsek.
Baru saja Via melenggang keluar dari ruang kepala sekolah, kini sudah terlihat dua orang siswi yang tengah berlari ke arahnya nampak sedikit kesusahan dengan kebaya yang mereka kenakan pada hari itu, siapa lagi kalau bukan Agni dan juga Ify.
"Viaaaaa!" teriak Ify.
"Apa sih Fy, teriak-teriak, gue gak budeg ya," ketus Via.
"Adeknya Iyel ada di depan gerbang," ucap Agni histeris.
"Lah terus apa hubungannya sama gue coba?" tanya Via heran.
"Tolong temuin dia, tadi Iyel telpon gue, dia mau kasih sesuatu gitu buat gue tapi di titipin lewat adeknya, dan sekarang adeknya udah nunggu di depan gerbang, gue malu Vi, tolongin gue ya," pinta Agni.
"Iya Vi, bantuin lah temen kita ini," bujuk Ify.
"Gak ah, apaan sih lo berdua, ogah gue, gue mau nemuin Keke, minggir!" tolak Via.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Kita
Ficción GeneralSEGERA TERBIT Sah-sah saja jika seorang lelaki mengungkapkan cintanya kepada seorang gadis. Namun bagaimana jika seorang gadis nekat mengungkapkan cintanya kepada seorang lelaki? Akankah lelaki itu mau menerima dirinya? Atau malah sebaliknya? - Pena...