"Ck.. Kasian banget ya lo, mendingan sekarang lo pergi dari sini sebelum gue minta security buat ngusir lo!" ucap Bagas.
"Sialan lo Gas! Ini semua pasti gara-gara lo kan?" ucap Cakka.
"Kalau iya emang kenapa? Gak suka? Udah deh mending lo pergi sekarang!" usir bagas.
Cakka pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan berlalu menuju sekolahnya.
-
-
Alvin dan Via baru saja sampai di sekolah, "Aku duluan ya!" ucap Via usai turun dari motor Alvin."Iya, hati-hati ya!" ucap Alvin sembari tersenyum.
Via hanya mengangguk dan langsung melenggang menuju kelas.
Di depan kelas sudah ada Ify dan juga Agni yang tengah tersenyum pada Via."Kalian kenapa?" tanya Via heran, saat melihat kedua temannya tiba-tiba tersenyum padanya.
"Gak kok, gak papa!" ucap Ify.
"Gue tau kalian bohong, bilang dong ada apaan? Apa ada penampilan gue yang salah gitu?" tanya Via sambil memperhatikan dirinya sendiri.
"Gak ada yang salah dari lo," ucap Ify lagi.
Via kembali menatap Agni, "Agni?...." tanya Via seakan meminta penjelasan.
"Itu ada sesuatu di meja lo, tadinya sih Ify ngotot mau buka isinya, tapi gue larang," ucap Agni.
"Hah, sesuatu? Apaan?" tanya Via semakin penasaran.
"Dari pada lo banyak nanya, mending sekarang lo masuk, terus lo buka isinya apaan, gue penasaran pengen liat, ayo buruan!" seru Ify sembari menarik lengan Via menuju tempat duduknya.
Via hanya mengikuti, dan benar saja, di atas meja Via ada sebuah benda yang sudah terbungkus rapi berbentuk segi empat, Via pun perlahan mengambil benda tersebut.
"Siapa yang ngasih ini buat gue?" tanya Via.
Agni maupun Ify hanya mengindikkan bahu mereka, tanda kalau merekapun tidak tahu.
"Dari Alvin kali!" ucap Agni.
"Gak mungkin, aku berangkat bareng dia, gimana bisa dia naroh benda ini sebelum aku sampai di kelas, dia masih di parkiran nunggu Cakka," jelas Via.
"Bisa aja kan dia titipin ke siapa gitu, namanya surprise," ucap Agni.
"Alvin sosweet banget ya, hummfh jadi iri, kapan coba Rio kayak gitu sama gue," gumam Ify.
"Ntar tunggu lebaran monyet!" sahut Agni.
"Iih jahat lo Ag!" sungut Ify.
Disaat kedua sahabatnya itu tengah sibuk berdebat, Via justru terdiam sambil memegang benda tersebut dan enggan untuk membukanya.
"Ini dari siapa coba? Alvin gak mungkin," batin Via.
"Woy, ngelamun aja lo Vi, buruan di buka!" seru Ify sudah tak sabar.
Via pun akhirnya membuka isi dari benda tersebut.
Dan ternyata isinya adalah sebuah Novel."Novel? Karangan *D*," gumam Via sembari melihat nama pengarang yang tercantum di sampul bagian bawah.
"Kayaknya gue tau ini buku siapa," batin Via."Karangan "D", gak jelas banget nih si pengarang, masa iya cantumin nama inisial doang, gimana mau terkenal!" oceh Ify.
"Suka-suka dia lah, toh dia lakuin itu pasti ada alasannya, intinya itu orang gak mau kalau indentitasnya di ketahui orang banyak. Emang elo, dikit-dikit maunya terkenal," balas Agni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Kita
Fiction généraleSEGERA TERBIT Sah-sah saja jika seorang lelaki mengungkapkan cintanya kepada seorang gadis. Namun bagaimana jika seorang gadis nekat mengungkapkan cintanya kepada seorang lelaki? Akankah lelaki itu mau menerima dirinya? Atau malah sebaliknya? - Pena...