Part 33

186K 12.2K 321
                                    

'*•.¸ ¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Sampai di kediaman, Marius dan Zoe masih saling memasang senyum cerah di wajah mereka. Tentu itu berbeda dari biasanya yang mana begitu tiba di rumah mereka akan memasang wajah lelah dan kembali dengan kenyataan mereka masing-masing. Tapi kali ini, perasaan keduanya tak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka tengah jatuh cinta. Oh ayolah, bahkan hantu di kediaman mereka pun pasti tahu itu. Hanya mereka berdua saja yang masih malu untuk mengakuinya.

"Kalau begitu ... selamat malam, Marius." Di depan pintu kamar Zoe, mereka hendak berpisah. Zoe akan masuk ke kamarnya dan Marius naik ke lantai atas. Harusnya seperti itu. Namun senyum Marius perlahan luntur dan menyisakan kerutan di dahinya ketika melihat ada sebuah luka cakaran di lengan tangan Zoe. Marius baru menyadari hal itu sebab sepanjang di acara tadi dirinya hanya fokus dengan tatapan mata Zoe.

"Zoe." Marius menahan lengan Zoe. "Ini kenapa?"

Hal itu berhasil menghentikan langkah Zoe yang hendak pergi ke kamar. Tatapan Zoe mengikuti mata Marius. Ah luka itu. Pasti cengkeraman Delilah tadi menyisakan luka tersebut. Tak ingin membesar-besarkannya, Zoe menggelengkan kepala.

"Entah, sepertinya saat di pesta tadi aku tidak sengaja menyenggol sesuatu."

Untuk sesaat Marius terdiam. Sampai akhirnya ia menghela napas. "Baiklah. Selamat istirahat. Kamu pasti sangat lelah."

Zoe tersenyum seraya mengangguk. Begitu Marius melepaskan tangannya, Zoe lantas masuk ke kamarnya. Setelah menutup pintu Zoe akhirnya bisa membuang napas lega. Ia mendadak tak bisa menahan senyumnya ketika mengingat kembali bagaimana interaksinya dengan Marius malam ini. Baru kali ini mereka tak berdebat sedikit pun selama bersama menghabiskan waktu. Entah mengapa rasanya aneh tapi juga menyenangkan. Zoe lantas menggeleng-gelengkan kepala berusaha mengembalikan kewarasannya. Ia pun bergegas pergi untuk membersihkan tubuhnya dan berganti baju.

Keluar dari ruang ganti usai membersihkan tubuh dan berganti baju, Zoe melangkah seraya menggosokkan sisa lotion beraroma strawberry ke sekitar lengan tangannya. Ia yang hendak naik ke ranjang mengurungkan niat begitu mendengar pintu kamarnya di ketuk.

"Zoe, apa kamu belum tidur?"

Zoe membuka pintu kamarnya dan ia melihat Marius yang sudah berganti piyama berdiri di sana. Belum sempat Zoe bertanya Marius lantas menunjukkan kotak obat yang dibawanya.

"Aku ingin mengobati lenganmu. Boleh aku masuk?"

Zoe berusaha menutupi keterkejutannya, otak dan respon tubuhnya tak selaras sampai akhirnya tanpa sadar Zoe mengangguk membiarkan Marius memasuki kamarnya. Sesaat Zoe mematung sampai akhirnya perkataan Marius menyadarkan Zoe lalu ia buru-buru menutup pintu kamarnya.

"Apa kamu tidak bosan dengan interior kamarmu?"

Zoe menghampiri Marius yang masih berdiri di tengah ruangan sedang memperhatikan sekitar kamar Zoe.

"Tidak. Aku masih nyaman dengan suasana kamar ini."

Marius menatap Zoe. "Kalau kamu sudah bosan, katakan saja padaku. Aku akan mengurusnya. Duduklah," pinta Marius seraya duduk di sofa.

Zoe menggaruk dahinya yang tak gatal kemudian menyusul duduk di samping Marius. Kini keduanya saling berhadapan. Lutut mereka begitu dekat dan hampir bersentuhan. Mata keduanya saling menatap. Ada kegugupan di tengah-tengah mereka, tapi baik Zoe maupun Marius berusaha untuk bersikap biasa saja sampai akhirnya Marius membuka kotak obat, mengeluarkan obat luka lalu membukanya.

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang