Part 27

146K 11.4K 110
                                    

'*•.¸ ¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Pagi-pagi sekali Marius pergi menuju sebuah panti asuhan bersama para pengawalnya. Ia membawa berbagai macam mainan serta cemilan manis yang sudah disiapkannya untuk dibagikan pada anak-anak nanti. Sudah bertahun-tahun Marius menjadi donatur tetap di panti asuhan tersebut. Walau Keluarga Kneiling memiliki yayasan sosial sendiri, tapi ini berbeda. Panti asuhan ini tidak ada kaitannya dengan yayasan Keluarga Kneiling. Panti asuhan ini murni diurus dan didanai sendiri oleh Marius tanpa sepengetahuan keluarga besarnya, termasuk kakeknya. Hanya Amber dan Pedro yang selama ini mengetahui hal tersebut. Bahkan, meski Keluarga Kneiling selalu menjadi sorotan media, untuk hal ini Marius tak pernah sekali pun mengumbarnya. Sebisa mungkin Marius menjaga agar informasi sebagai donatur serta aktivitasnya selama kunjungan tak bocor pada media mana pun. Tidak heran rasanya kalau Marius dijuluki sebagai malaikat tak bersayap oleh para pengurus serta anak-anak panti. Sebab, manusia yang dikira gila pencitraan itu sesungguhnya hanya manusia yang tak ingin kebaikan serta ketulusannya diketahui oleh siapapun.

Marius dengan penampilan sederhananya, membagikan makanan kepada anak-anak yang sudah berbaris menunggu giliran. Setidaknya terdapat 50 anak yang masih terdaftar di bawah naungan panti asuhan ini. Mereka berkisar dari usia bayi sampai 16 tahun. Begitu mereka sudah memasuki usia legal dan bisa tinggal sendiri, maka mereka akan disediakan tempat tinggal serta pekerjaan termasuk beasiswa pendidikan. Semua anak-anak di panti asuhan ini terjamin, mulai dari kebutuhan, kesehatan hingga pendidikannya. Sebisa mungkin Marius memastikan mereka mendapat perlakuan yang terbaik.

Dikenal sebagai pribadi yang menyebalkan oleh keluarganya dan tak tersentuh oleh sebagian orang, di panti asuhan ini justru Marius dikenal sebagai pribadi yang hangat dan lemah lembut. Ia seperti orang yang berbeda dari biasanya, bahkan Pedro yang sudah bekerja lama dengan Marius terkadang masih bingung, sebetulnya manakah pribadi Marius yang sebenarnya. Tuan-nya itu terlalu pandai menutupi dirinya. Dia yang selalu disalahpahami oleh keluarganya sebagai pribadi yang dingin dan tidak berperasaan, nyatanya saat ini tengah mengumbar senyuman hangat selagi melayani anak-anak dengan sabar dan lemah lembut.

"Leo, jangan menyerobot antrean ... aku tadi melihatmu berdiri di belakang Lucy." Marius menegur dengan nada begitu lembut dan senyum di wajahnya. Anak lelaki usia tujuh tahun itu langsung mundur kembali ke antreannya yang semula dengan bibir cemberut sementara anak perempuan di depannya menjulurkan lidah meledek.

"Rasakan!" Cibir anak perempuan itu.

Marius terkekeh melihatnya, ia pun kemudian mengisi makanan di nampan milik Lucy.

"Terima kasih, Paman." Lucy menatap Marius penuh kekaguman.

"Sama-sama, selamat menikmati makananmu, Lucy." Marius seraya mengusap lembut kepala anak itu. Kemudian giliran Leo yang maju, tapi sebelum dirinya menaruh makanan di nampan anak itu, tiba-tiba saja seseorang yang baru datang mendahului manaruh makanan di tempat milik Leo.

"Kamu pasti sangat lapar. Makan yang banyak agar besar nanti kamu bisa sekuat paman ini."

"Zoe?!!" Marius terkejut sekaligus terheran-heran melihat Zoe entah bagaimana tiba-tiba muncul di sampingnya. Ia bahkan tidak menyadari kapan wanita itu datang dan kenapa bisa ada di sini. Zoe justru hanya melirik Marius seraya tersenyum tipis.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Sulap." Zoe berucap dengan asal.

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang