Part 13

162K 13K 88
                                    

'*•.¸♡ ♡¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Langkah kaki Zoe hampir tertinggal oleh Marius yang berjalan di depannya. Ia tak bisa mengimbangi lelaki itu. Sejak dari Hotel, Marius lantas berjalan cepat seolah lupa bahwa Zoe bersamanya. Iya, ini adalah ide lelaki itu. Ia memutuskan berjalan kaki sebab jarak Restoran tidak jauh dari Hotel, selain itu Marius juga ingin menikmati suasa malam di jalanan. Untunglah ada pengawal di sekitar mereka, walau tak membantu sabab mereka menjaga jarak tetapi setidaknya Zoe tidak sendiri. Bayangkan saja kalau mereka hanya berdua, bisa-bisa Marius menghilang entah ke mana meninggalkan Zoe di tempat asing seperti ini.

Mereka melewati gang-gang yang cukup sempit, kanan kirinya banyak penjual souvenir, cemilan, maupun Cafe. Ya memang sih jalan kaki adalah pilihan yang tepat, hanya saja sepertinya momen ini tidak pas untuk Zoe. Sebab sedari tadi ia menahan ringisannya karena rasa perih di pergelangan kakinya. Zoe yakin, pergelangan kakinya pasti sudah lecet karena gesekan heels yang ia kenakan, apalagi seharian dirinya berkeliling tanpa melepas heels tersebut. Beauty is pain ternyata memang nyata.

"Anda baik-baik saja, Nyonya?" Pedro bertanya memastikan kondisi Zoe, sebab kelihatannya wanita itu kesulitan berjalan.

"Aku baik-baik saja." Zoe tersenyum.

"Ada apa?" Marius menoleh ketika disadarinya Zoe tertinggal di belakang, langkah wanita itu sangat lambat.

Zoe hanya menggeleng dan dengan cepat ia menyusul langkah Marius. "Apakah masih jauh?"

"Itu." Pandangan Marius mengarah pada bangunan di sebelah kirinya, lalu mereka melanjutkan langkah, bertemu dengan pelayan yang menyambutnya dan mereka pun mengikuti pelayan tersebut, mengarahkan menuju meja mereka yang berada di rooftop. Sebelum Zoe menaiki undakan tangga, Marius mengulurkan tanggannya terlebih dahulu untuk membantu wanita itu. Zoe sempat terdiam sesaat dan ketika tatapannya bertemu dengan Marius, wanita itu menyambut uluran tangan Marius.

Semakin malam suasana semakin ramai. Kini Zoe dan Marius tengah menunggu pesanan mereka. Rupanya selain restoran, tempat ini juga merupakan club malam tepi pantai. Tak heran kalau makin malam tempat ini makin banyak pengunjung. Para wanita berpakaian mini dan terbuka di mana-mana. Pria-pria tampan juga terlihat berkumpul dan itu cukup menghibur pandangan mata Zoe. Meski di hadapannya jauh lebih tampan, tapi Zoe tak mau dan tak sudi memperhatikan lelaki itu. Bisa-bisa dia dikira terpesona kepadanya, padahal malam ini Marius memang terlihat begitu tampan. Ya memangnya kapan sih dia pernah jelek?

"Zoe?"

Panggilan Marius membuat Zoe menoleh menatapnya. Sejak selesai memilih menu, mereka belum berbicara apapun seolah sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Apakah ada orang yang kamu curigai saat ... malam itu?"

Setelah sekian lama akhirnya Marius membahas mengenai kejadian itu dan entah mengapa rasanya Zoe menjadi canggung. Tentu ini bukan hal yang mudah untuk dibicarakan. Perasaan malu, marah, menyesal bercampur jadi satu. Dia bahkan tak bisa menyalahkan lelaki itu. Salahnya hanyalah karena Marius meninggalkan uang dan pergi begitu saja, lalu kembali datang memaksanya untuk menikah dengan melibatkan kelurga Zoe. Masalah itu yang membuat Zoe sampai sekarang masih membenci Marius, ia bahkan tak bisa melawan lelaki itu selain mengikuti rencananya.

Zoe terdiam sejenak, ingatannya kembali pada malam sebelum kejadian. Pelayan lalu datang menyajikan minuman untuk mereka.

"Tidak ada. Bukankah kita berdua orang terakhir yang berada di Cafe itu?"

Marius terdiam. Benar juga, malam itu untuk pertama kalinya mereka berdua mengobrol.

"Apakah kamu biasa menutup Cafe sendirian?"

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang