Part 36

114K 9.9K 92
                                    

'*•.¸ ¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Banyak hal yang tak menyenangkan terjadi dengan masa kecil Marius. Di usianya yang masih sangat kecil Marius harus menghadapi perceraian kedua orang tuanya yang entah tak Marius ketahui apa alasannya. Tidak lama usai percerai tersebut ayahnya meninggal. Ibunya terlalu sibuk bekerja dan jarang berada di rumah. Hanya Adrian yang menemani masa kecil Marius, ia yang selalu memantau tumbuh kembangnya. Tak heran rasanya jika sekarang hanya Adrian yang Marius anggap sebagai sosok orang tua, walau sikapnya terkadang menyebalkan.

Namun dari banyaknya kejadian tak menyenangkan yang selama ini Marius alami, ada satu yang paling membekas dan tak ingin Marius ingat-ingat lagi. Yaitu kematian salah satu pelayannya ketika Marius masih remaja. Kejadian itu memang bukan sepenuhnya salah Marius, tapi bukan berarti Marius tak punya andil atas kejadian tersebut.

Sebagai sosok remaja dengan latar belakang keluarga yang jauh dari kata harmonis, Marius tumbuh menjadi sosok yang arogan dan kasar. Tidak, Marius tak pernah memukul orang-orang yang bekerja untuknya, hanya saja perkataan yang Marius lontarkan kerap kali tak memikirkan apa dampak yang bisa diberikan pada orang lain.

Saat itu Marius berada dalam titik termuak di hidupnya. Di matanya semua orang itu menyebalkan, tak ada satu pun yang mengerti Marius. Kakeknya hanya ingin Marius melakukan apa yang ia mau, Ibunya tak peduli dengannya apalagi keluarga Pamannya. Marius tak memiliki sosok dewasa yang bisa melindungi dan menjadi tempat bersandar.

Suatu waktu, saat sedang marah-marahnya dengan keadaan, Marius melihat pelayan yang tengah membersihkan kamarnya tak sengaja memecahkan satu-satunya foto Marius bersama ayahnya. Marius sangat marah.

"Apa kamu tak bisa bekerja?!!"

"Ma-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja." Dia menunduk ketakutan.

Marius mengambil fotonya dari pecahan-pecahan kaca. "Keluar."

"Tt-tapi, Tuan—"

"KELUAR!! Kamu tidak dengar?!!"

"Tuan, apa yang terjadi?" Amber yang mendengar keributan pun tiba-tiba muncul dan sontak ia terkejut melihat pecahan kaca frame di lantai kamar Marius.

Marius berbalik menatap Amber dengan amarah di wajahnya yang tak bisa dibendung lagi. "Amber, bawa pelayan itu pergi. Aku tak mau melihatnya di rumah ini lagi." Kata-kata Marius berhasil membuat pelayan itu terkejut dan ketakutan. Ia hendak bersujud memohon pada Marius agar memaafkannya, tapi sebelum ia melakukan itu Amber lebih dulu membawanya pergi dari hadapan Marius.

Tidak berselang lama, malam harinya ketika Marius kembali ke kamar setelah dari ruang belajar. Ia melihat sebuah siluet berdiri di balik gorden kamarnya. Hembusan angin membuat gorden tersebut berterbangan dan bersamaan dengan itu siluet yang Marius lihat tiba-tiba terjun dari kamarnya yang terletak di lantai tiga. Marius terbelalak membeku. Ia buru-buru pergi menuju jendela kamarnya dan seketika tubuh Marius menegang menyaksikan pelayan yang ia marahi siang tadi terkapar di bawah sana dengan banyak darah yang keluar dari kepalanya.

Kejadian tersebut membuat heboh semua orang yang ada di kediaman Adrian. Bahkan gosip soal Marius yang secara sengaja mendorong pelayan itu dari kamarnya pun langsung berhembus. Adrian harus bekerja ekstra keras untuk membungkam agar gosip itu tak menyebar keluar dari kediamannya. Sejak kejadian itu Marius terus mengurung dirinya. Setiap kali ditanya penyebab jatuhnya pelayan itu, Marius tak bisa menjawabnya. Ia mengalami trauma yang begitu besar, sebab kejadian seperti itu bukan pertama kali dilihatnya. Dulu, ketika Marius masih kecil, ia yang menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya menghabisi nyawanya sendiri dengan menggantung diri. Sehingga apa yang dilakukan pelayan itu memicu luka dan trauma luar biasa dalam diri Marius.

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang