Part 21

159K 11.9K 172
                                    

'*•.¸♡ ♡¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Dalam waktu sekian detik tubuh Marius tiba-tiba membeku saat merasakan bibir ranum itu menempel di bibirnya. Ia sampai tak bisa berkutik selain diam dengan mata terpaku. Bunyi kecapan terdengar begitu Zoe melepaskan kecupannya, wanita itu seperti sama terkejutnya hingga tak mampu berkata apa-apa dan hanya menatap mata Marius kemudian ia melangkah begitu saja meninggalkan Marius yang masih bergeming.

Kelopak mata Marius mengedip dan sorot matanya langsung tertuju pada ibu jari dengan bekas lipstik merah yang menempel di sana. Ada alasan mengapa Marius tiba-tiba menghentikan Zoe tadi, ia sedikit terganggu dengan noda lipstik di sudut bibir wanita itu, sehingga tanpa banyak berpikir Marius mengusapnya begitu saja, tidak menyangka bahwa Zoe akan menciumnya. Marius menyentuh dadanya, ia merasakan debaran yang tak biasa di dalam sana apalagi membayangkan bagaimana tekstur bibir Zoe yang lembut dan lembab menyentuhnya. Tangan Marius beralih menyentuh bibirnya, tatapannya kemudian tertuju pada Zoe yang semakin berjalan menjauh menuju meja minuman. Ternyata sampai saat ini tubuh Marius masih mengingat sentuhan fisik Zoe yang memberi sensasi aneh pada dirinya.

Di lain sisi, Delilah yang masih berdiri diam menyaksikan pemandangan itu hanya mampu menatap mereka nanar. Ia tak menyangka akan menyaksikan pemandangan itu secara langsung. Napasnya seketika memburu cepat dan tak disadari kini tangannya mengepal erat. Ia hanya bisa menggigit bibir bagian dalamnya melihat Zoe melangkah pergi lalu disusul oleh Marius yang sepanjang malam ini tak sedikit pun mengalihkan perhatiannya dari Zoe.

⎯⎯ ⎯⎯

Sampai kembali ke rumah, Zoe terus menghindari tatapan Marius usai ciuman spontan yang dilakukannya tadi. Zoe tidak mau membahas apapun mengenai tindakan impulsifnya kepada Marius, sebab ia sadar itu merupakan kesalahan dan Zoe menyesal telah mengikuti egonya hanya karena kesal diabaikan oleh Marius yang fokus pada Delilah.

Masih dengan pikiran berkecamuk Marius berusaha menyusul langkah Zoe yang cepat. Ia tidak akan membiarkan Zoe pergi begitu saja tanpa penjelasan setelah apa yang dilakukannya. Wanita itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya sebab jika tidak maka sepanjang malam ini Marius yakin tak akan bisa tidur dengan tenang.

"ZOE!" Suara Marius yang memanggil dengan nada tinggi berhasil menghentikan langkah Zoe. Wanita itu hanya terdiam tak berani menoleh sehingga Marius melangkah untuk menghampirinya dan menarik lengan Zoe hingga berbalik menghadapnya.

Tatapan Marius yang tajam berhasil membuat Zoe menciut sampai-sampai ia hanya menundukkan pandangannya belum berani menatap Marius yang diyakini Zoe tengah begitu murka.

"Tidakkah kamu ingin memberi penjelasan dengan apa yang terjadi tadi?" Marius masih memegang lengan Zoe cukup erat.

Zoe menelan saliva. "Itu kesalahan. Lupakan saja." Zoe menepis tangan Marius dari lengannya, ia hendak melanjutkan langkah tapi Marius kembali menahannya kini dengan kedua tangannya yang memegang bahu Zoe.

"Lihat aku."

Zoe benar-benar takut. Detak jantungnya menjadi lebih cepat bukan karena situasi ini membuatnya gugup, tapi karena Zoe merasa bersalah dengan apa yang di sudah dilakukannya. Marius pasti sangat tidak senang dengan tindakannya.

"Zoe lihat aku!"

Leher Zoe menegang dan akhirnya ia memberanikan diri untuk mengangkat pandangannya. Iris hitam Marius begitu tajam dan baru kali ini Zoe melihat Marius seperti itu. Zoe tidak bisa mengartikan tatapan Marius tapi ia bisa melihat seolah ada sisi frustasi yang berusaha lelaki itu sembunyikan.

"Maafkan aku. Aku benar-benar tidak berpikir panjang dan melakukannya begitu saja."

"Kenapa?"

"Tidak ada alasan Marius, aku hanya kehilangan akal!"

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang