Part 37

122K 10.4K 78
                                    

'*•.¸ ¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Di tengah kesibukannya memeriksa pekerjaan, fokus Marius teralihkan ketika melihat pintu ruang kerjanya dibuka secara tiba-tiba. Ia melihat Jace muncul tapi tak sendiri, lelaki itu datang bersama lelaki asing yang diseretnya masuk ke ruang kerja Marius. Pemandangan tersebut membuat Marius menaikan satu alisnya. Tak seperti biasanya Jace yang selalu terlihat tenang kini memasang ekspresi penuh amarah. Ia kemudian mendorong lelaki asing itu di hadapan Marius.

"Katakan. Katakan semua yang kau tau selama ini."

Lelaki asing itu begitu ketakutan, ia sangat gugup dan gemetar sampai bingung harus berkata apa.

"Cepat!" Bentak Jace.

Marius pun beralih menatap sepupunya penuh tanda tanya. "Ada apa ini? Siapa dia?"

"Kamu sudah lupa? Dia wartawan yang pertama kali menyebarkan skandal tentang dirimu."

Perlahan mata Marius melebar. Ia menegakkan posisi duduknya. Memandang Jace dan lelaki itu bergantian.

"Cepat katakan, siapa yang menyuruhmu?!" Tekan Jace.

"Tu-tuan Damian! Dia yang pertama kali menghubungi saya, Tuan."

"Apa buktinya?" Marius yang masih duduk di kursi kerjanya menatap tanpa ekspresi.

Lelaki itu mengeluarkan ponsel dari saku jaket, diletakkannya ponsel itu di atas meja Marius yang langsung mengundang perhatiannya. Layar ponsel menunjukkan percakapan melalui pesan antara Damian dan lelaki itu.

"Ini, Tuan. Sehari sebelumnya Tuan Damian menghubungi saya kalau dia memiliki berita eksklusif tentang Anda. Dia kemudian mengirimi saya alamat Hotel tempat Tuan menginap. Tuan Damian sebenarnya meminta saya untuk membuat berita seolah Anda tengah bermalam dengan PSK dan membuat imej Anda seolah suka bermain wanita dan mengajaknya bermalam. Tapi saya pikir itu terlalu berlebihan, sehingga ... saya memutuskan membuat berita bahwa Anda tengah berkencan."

Tatapan Marius terpaku, ia tak berkutik sedikit pun selain memandang ponsel itu tanpa berkedip. Sebenarnya Marius tak terlalu terkejut sebab dirinya sudah memikirkan semua kemungkinan, apalagi Damian adalah orang terakhir yang bersamanya. Tapi dari sekian banyak kemungkinan yang Marius pikirkan, ia tak menyangka bahwa ini adalah yang sebenarnya. Sahabat sekaligus orang yang selama ini Marius anggap sebagai orang terdekat adalah orang yang mengkhianatinya.

Kini, bukan amarah lagi yang Marius rasakan, justru di hatinya ia seperti merasakan kosong. Dirinya tidak terkejut, tapi dalam satu waktu ia juga tak menyangka bahwa ini terjadi padanya. Sesiap apapun Marius dalam menghadapi kenyataan dan kemungkinan buruk yang selama ini ia pikirkan, tetap saja kekecewaan itu terasa menyakitkan. Marius seolah baru saja ditikam secara diam-diam.

"Tuan, saya mohon maafkan saya. Saya benar-benar tidak ingin masuk penjara, anak saya masih membutuhkan biaya pendidikan dan hanya saya yang bekerja di rumah. Istri saya baru melahirkan, saya tidak sanggup jika harus meninggalkan mereka dan menghancurkan masa depan mereka." Lelaki itu menyatukan kedua telapak tangannya, ia berlutut di hadapan Jace dengan ekspresi memohon.

"Kau tidak pantas bicara seperti itu. Kau juga sudah menghancurkan masa depan orang lain." Jace menatap dengan sengit. Ia beralih menatap Marius. "Terserah padamu mau kamu apakan orang ini, yang terpenting sekarang aku sudah bebas dari tuduhan, kalau skandal itu bukan rencanaku."

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang