Part 45

128K 10.5K 173
                                    

'*•.¸ ¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

"Apa ...?"

"Aku harus pergi, Zoe ...."

Zoe melepaskan tangan Marius dari genggamannya. Matanya mengedip beberapa kali berusaha mencerna perkataan Marius. "Kamu ingin pergi ke mana, Marius? Aku benar-benar tidak mengerti."

"Aku ingin mencari seseorang ...." Marius masih memandang Zoe dengan sorot nanarnya. Ia kemudian meneguk saliva seraya merangkai kalimat yang akan dikatakannya pada Zoe.

"Sebelum meninggal, Kakek berpesan sesuatu padaku ...."

Zoe terdiam untuk mendengarkan ucapan Marius selanjutnya.

"Dia ingin aku menyampaikan permintaan maafnya pada seseorang ... dan itu sangat mengusikku, Zoe ...." Pandangan Marius menjadi berkaca-kaca.

"Apakah itu yang membuatmu belakangan ini sering diam melamun?"

Marius menggigit bibir dalamnya kemudian perlahan mengangguk. "Aku tidak akan bisa tenang sebelum melakukan permintaan terakhir kakek ...."

Cukup lama Zoe terdiam seraya berpikir. Ia menghela napas dalam dan kembali ditatapnya Marius. "Pergilah ...." Zoe perlahan melengkungkan senyumnya. "Pergilah Marius ... aku tidak akan melarangmu ... lakukan apapun yang dapat membuat dirimu tenang ...."

Marius hanya terdiam sementara matanya yang perih semakin berkaca-kaca. Ia sebenarnya sangat ingin mengatakan pada Zoe bahwa kini dirinya sangat kacau usai mengetahui siapa ayah kandungnya dan orang yang akan dicarinya adalah ayah kandungnya. Namun untuk mengucapkan itu lidah Marius terasa kelu. Bibirnya bahkan gemetar meski Marius belum mengatakannya. Akhirnya Marius memilih untuk diam, biarkan semua itu tetap menjadi rahasianya; mengenai siapa ayah kandungnya yang selama ini tidak diketahui oleh banyak orang.

"Kapan kamu akan pergi?"

Marius kembali fokus pada Zoe. "Segera, setelah aku menemukan keberadaannya."

⎯⎯ ⎯⎯

Untuk pertama kalinya usai kepergian Adrian, Keluarga Kneiling akhirnya berkumpul di kediaman utama. Selesai santap malam mereka berkumpul di ruang keluarga, menempati sofa dengan duduk santai seraya menonton televisi berukuran besar yang menayangkan rekaman Adrian yang tengah menyanyikan lagu My Way dari Frank Sinatra diiringi petikan gitar yang dimainkan sendiri oleh Adrian. Dalam rekaman itu Adrian terlihat lebih muda dari yang Zoe tau selama ini. Saat itu mungkin usinya sekitar akhir lima puluhan.

"Apakah kamu ingat kalau kamu sendiri yang merekam itu, Jace?" Sabine yang duduk bersebelahan dengan Sawyer di sofa sisi kiri beralih menatap Jace yang duduk di single sofa berhadapan dengannya. Sementara itu Marius dan Zoe duduk di sofa tengah menghadap televisi.

Jace menggeleng. Meski selama ini dia terlihat dingin dan tidak banyak menunjukkan emosinya, tapi dari sorot matanya ketika melihat rekaman Adrian, tak dapat dipungkiri bahwa Jace begitu merindukan kakeknya.

"Waktu itu usiamu masih enam tahun. Kamu merekam itu dengan kamera pertamamu yang kakekmu berikan sebagai kado karena kamu sudah lancar membaca."

"Benarkah? Aku tidak begitu mengingatnya."

Sabine berdecih seraya tersenyum. "Saking senangnya kamu bahkan merekam dan memotret apapun yang kamu lihat saat itu."

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang