Part 29

156K 11.5K 47
                                    

'*•.¸ ¸.•*'

Dalam hidup Zoe, ia tidak pernah sekali pun membayangkan kehidupannya akan berubah seperti yang terjadi pada drama atau cerita yang pernah ia baca. Seperti dongeng Cinderrella, seorang perempuan yang menikah dengan pangeran, atau seperti drama ketika pemeran utamanya dipermalukan oleh tokoh antagonis yang tak menyukainya. Zoe sama sekali tak pernah membayangkan semua itu terjadi pada hidupnya. Namun nyatanya, semua yang Zoe kira hanya ada dalam cerita atau drama kini benar-benar ia alami sendiri.

Di tengah gemuruh tepuk tangan yang begitu meriah Zoe hanya mematung dengan mata terpaku ke arah Theodore yang kini tengah menatapnya juga. Theodore pasti tak mengira bahwa di ruang Auditorium yang besar ini ia akan melihat adiknya duduk di bangku barisan paling depan.

Pandangan Zoe beralih pada Delilah yang ternyata tengah menatapnya dengan senyum licik. Ia seolah merasakan kesenangan melihat Zoe yang hanya mematung dengan mata berkaca-kaca. Artinya Delilah berhasil mempermalukan Zoe dan membuatnya merasa direndahkan di depan banyak orang. Tujuan Delilah memang untuk itu, ia hanya ingin mengingatkan kembali di mana posisi Zoe yang sebenarnya. Sebab meski sudah menikah dengan Marius Kneiling, Zoe tetaplah wanita rendah yang tak ada apa-apanya dengan Delilah. Zoe tidak pantas berada di sisi Marius.

Sibuk dengan pikirannya yang berkecamuk Zoe sampai tak sadar kalau sekarang ia sudah beranjak dari duduknya. Zoe berdiri tapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menarik Theodore untuk pergi dari sana atau meninggalkan Auditorium ini seorang diri. Sampai tiba-tiba Zoe merasakan sentuhan orang yang memegang pergelangan tangannya. Atensi Zoe teralih dan ternyata Sabine adalah orang yang memegang tangannya.

"Zoe, ayo." Sabine mengajak Zoe untuk beranjak pergi, karena tak bisa berpikir lagi Zoe akhirnya mengikuti langkah Sabine keluar dari Auditorium tak peduli meski orang-orang di ruangan itu menatapnya.

"Berani-beraninya mereka mempermalukan anggota Keluarga Kneiling. Acara amal? Tcih, aku yakin itu hanya formalitas saja. Sebagian dana yang mereka kumpulkan pada akhirnya pasti dialokasikan untuk pesta." Sabine terus mengomel sepanjang mereka berjalan hingga sampai di parkiran.

"Sejak kapan bibi ada di sana?"

Langkah mereka terhenti dan kini Sabine menatap Zoe. Ada kesinisan dalam ekspresinya, tapi saat ini kesinisan itu bukan ditujukan kepada Zoe. Sangat berbeda sekali ketika mereka baru pertama kali bertemu. Sabine melempar tatapan sinisnya ke arah Galeri.

"Aku baru sampai saat mereka mengumumkan akan menyerahkan sumbangan. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kakakmu yang akan naik ke atas panggung."

"Apakah bibi benar-benar tidak tau soal ini?" Zoe bertanya dengan nada lemah. Ia tak akan terkejut kalau Sabine juga ikut merencanakannya, sebab sejak awal Sabine memang terang-terangan sekali menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Zoe.

Pertanyaan Zoe lantas membuat Sabine melebarkan tatapannya. "Apa? Tentu saja tidak! Untuk apa aku mempermalukan keluargaku sendiri?" Sabine menghela napas lalu melipat kedua tangannya di atas perut. "Dengar, aku mungkin tidak jauh busuknya dengan mereka, namun aku tidak merendahkan atau menjatuhkan anggota keluargaku sendiri di hadapan banyak orang."

Zoe terdiam menatap Sabine. Tak ada kebohongan di wajahnya dan Zoe yakin Sabine sedang berkata jujur. Wanita seperti Sabine akan menunjukkan secara terang-terangan jika ia memang tak menyukai sesuatu, jadi tidak ada gunanya untuk Sabine membohongi Zoe, sebab jika memang Sabine terlibat dia pasti akan mengatakannya dan mungkin saat ini tengah menertawai Zoe dengan puas. Tapi sekarang, Sabine justru mengajak Zoe untuk keluar meninggalkan acara itu tanpa banyak bicara lagi.

Mr. Dangerous ✔ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang