Mr. Dangerous ✔ (New Version)

Part 8

'*•.¸♡ ♡¸.•*'
✶﹒❀﹒✷﹒✸﹒

Restoran hotel bintang lima malam itu secara khusus disiapkan hanya untuk Marius Kneiling dan keluarga Zoe Aston. Chef terbaik hotel itu menyiapkan hidangan mewah yang terbuat dari bahan-bahan premium. Mulai dari hidangan pembuka yang terbuat dari roti kering dengan suguhan caviar di atasnya. Hati angsa yang dikombinasikan bersama red wine termahal yang dimiliki hotel tersebut sebagai hidangan utama. Lalu ditutup dengan kue dessert terbuat dari To'ak chocolate yang diimpor langsung dari Ecuador, yang mana di atas kue tersebut dihiasi oleh gold flakes. Semua hidangan disajikan dengan pelayanan luar biasa disertai iringan musik klasik yang membuat suasana makin terasa eksklusif.

Selama sesi fine dining, mereka tak banyak berbicara, baik Marius maupun keluarga Zoe. Mereka sibuk menikmati hidangan yang terasa baru dan nikmat di lidah mereka. Suasana ini sangat berbeda dengan keluarga Marius, di mana meja makan sering kali menjadi tempat untuk berdiskusi baik itu berkaitan dengan pekerjaan maupun permasalahan yang terjadi di keluarga itu. Marius tidak pernah bisa menikmati makan dengan tenang, kecuali malam ini. Semuanya terasa begitu luar biasa. Makanannya, musiknya dan suasananya menyatu layaknya harmoni lagu yang indah.

Terakhir, pelayan membawakan sajian teh saffron kualitas tinggi sebagai minuman terakhir mereka malam itu. Marius tak dapat menahan senyum puasnya, berbeda dengan Zoe dan keluarganya yang sampai saat ini masih berusaha memproses keadaan ini.

"Bagaimana? Apakah ayah dan Ibu menyukai hidangannya?" Marius meletakkan cangkir teh usai menyeruputnya sekali.

Perkataan Marius berhasil membuat Zoe sedikit mendelik terkejut karena tiba-tiba Marius menggunakan sapaan ayah dan ibu pada orang tua Zoe.

"Sangat nikmat. Semuanya terasa sangat nikmat. Terima kasih." Peter menjawab usai mengelap bibirnya dengan lap putih yang ada di pangkuannya. Rose pun turut tersenyum samar seraya mengangguk sebagai ungkapan persetujuan.

"Syukurlah kalau begitu." Marius tersenyum lega. Jika seperti ini ia benar-benar bak malaikat, Zoe sampai terpana dibuatnya. Lupa bahwa sisi lain dari Marius Kneiling adalah iblis licik.

Peter terlihat menghela napas dalam. Ia sudah tak bisa menahan diri lagi untuk membahas semua ini. Siapa sebenarnya Marius Kneiling, bagaimana hubungannya dengan Zoe hingga situasi yang terjadi di antara mereka. Calon suami? Apakah anaknya bercanda? Kenapa dia tiba-tiba mau menikah?

"Mengenai pembicaraan di kamar hotel siang tadi. Sejujurnya saya masih belum mengerti dengan situasi ini. Marius?" Peter menatap Marius lekat. "Bagaimana kau bisa menjadi calon suami putriku?"

Marius menelan salivanya. Ah, rupanya seperti ini berperan sebagai pria yang berhadapan dengan orang tua calon istrinya. Tidak, Marius tak takut sama sekali. Mungkin hanya sedikit grogi?

"Benar seperti yang Zoe katakan. Saya adalah calon suaminya dan Zoe adalah calon istri saya." Marius menggenggam tangan Zoe yang berada di atas meja, itu sedikit membuat Zoe terkejut dan hampir menarik tangannya tetapi Marius lebih dulu menahannya. "Mungkin ini akan terdengar sangat mengejutkan. Jika ayah dan ibu memberi kami berdua restu, kami akan segera melangsungkan pernikahan."

Lagi-lagi orang tua Zoe terkejut. Keduanya kini melirik satu sama lain. Berbeda dengan Theodore yang hanya diam menyimak dan memperhatikan suasana. Berkat informasi dari internet ia akhirnya tahu siapa Marius Kneiling, hanya saja ia belum membuka suara pada orang tuanya. Theodore ingin membiarkan adiknya dan pria itu berbicara sampai sejauh mana.

Rose menatap Marius dengan tatapan gemetar. "Nak Marius, bukankah itu terlalu cepat? Maksudku, kami bahkan baru bertemu denganmu. Bagaimana bisa kami melepas putri satu-satunya untuk dinikahi oleh lelaki yang baru kami kenal?" Rose menelan saliva dan melirik Zoe sekilas. "Apakah mungkin Zoe ...."