Dikisahkan, ada seorang dermawan yang dari atas gedung menembarkan uang dengan berbagai macam pecahan uang; dari pecahan 5000 rupiah hingga 100.000 rupiah.
Di bawah gedung, terdapat banyak orang yang berkerumun. Mereka saling berebut memunguti uang yang berserakan TANPA ADA YANG PEDULI sumber uang itu dari mana dan dari SIAPA.
Suatu saat, Sang Dermawan naik lagi ke atas gedung tersebut dan kali ini beralih menebar kerikil-kerikil kecil ke dalam kerumunan orang yang ada di bawah. Sontak terjadi keramaian. Ada yang terkena di kepala, bahu, tangan, punggung dan anggota tubuh lainnya. Mereka panik dan marah, menengadah ke atas berusaha "MENCARI TAHU" dari mana sumber dari kerikil-kerikil tersebut dijatuhkan?
Itulah sikap dari kebanyakan manusia, saat BERKAH (hal yang menguntungkan) datang, semua sibuk tanpa peduli siapa yang memberi dan sedikit sekali yang mampu berterima kasih dan mau mengucap syukur atas keberkahan tersebut.
Namun saat masalah datang, maka semua akan spontan mencari sumber masalah dan biang keroknya. Mereka akan serta-merta marah dan menyalahkan orang lain tanpa mau cari solusi lagi.
Apakah kita hanya mau menerima yang baik saja, tetapi tidak mau menerima yang buruk ?Tanpa mau tahu bahwa hidup ini sebenarnya sudah satu paket, baik dan buruk, senang dan susah, semuanya satu kesatuan yang tak mungkin terpisahkan.
Bila suatu ketika kita kena giliran menjalani hal-hal buruk dan susah, maka jalanilah dengan tabah dan tetap bersyukur, karena hanya itu kuncinya.
Kita Harus Belajar
Kita harus belajar sabar karena pasti kita akan bertemu dengan orang-orang yang keras kepala kepada kita.
Kita harus belajar mengampuni karena kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang menyakiti kita, baik dengan sengaja maupun dengan tidak disengaja.
Kita harus belajar memberi karena kita akan atau sedang dihadapkan dengan orang-orang yang kekurangan.
Hidup ini tidak ada yang sempurna, tapi kita tak perlu hidup yang sempurna untuk bisa menikmatinya.
Apapun yang sedang kita hadapi, itulah proses belajar menjadi lebih bijaksana dan dewasa. Jangan marah, menggerutu dan merasa kecewa. Tapi berlapang dadalah dan belajarlah dari semua yang kita alami dan akan kita hadapi.
Hidup adalah Proses Pembelajaran
Pembelajaran hanya bisa diperoleh pada situasi yang tidak sesuai harapan kita, bukan saat kita dalam kenyamanan.
Jadilah murid kehidupan dengan belajar bersyukur dan mengambil hal yang positif dari setiap peristiwa yang kita hadapi. Berusahalah sabar dalam kesedihan, kekecewaan, kesakitan, musibah dan ujian hidup yang silih berganti datang. Karena tidak selamanya kita hidup menderita. Sebagaimana roda yang berputar, ada saatnya kita bahagia ada saatnya kita sengsara.
Hanya ada dua modal untuk menjadikannya sama dan selalu menikmati segala pergantian tersebut; sabar dan syukur.
Sabar itu susah dan memang pahit untuk kita hadapi. Tapi percayalah, dengan sabarlah dada kita akan semakin lapang di kemudian hari.
Mungkin kita merasa sakit ketika harus menahan lidah kita dari membalas cacian dan fitnah orang lain. mungkin kita merasa greget ketika kita membiarkan orang lain menginjak-injak harga diri kita, selama itu tidak membahayakan jiwa kita tentunya.
Tapi dibalik "serba menahan" itulah, jika kita mampu melewatinya akan menjadi sebuah keindahan dan arti dalam kehidupan kita. kita akan bahagia di masa yang akan datang.
Ada hikmah dibalik segala hal yang menyakitkan.
Kadang kita memang butuh musuh ketika kita terpuruk, sehingga kita bisa optimis bahwa kita tidak seremeh yang dianggap musuh kita.
Kadang kita butuh masalah ketika kita ada dalam kenyamanan, sehingga kita menjadi tahu bagaimana caranya memecahkan kerumitan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renungan Kehidupan
SpiritualTim Author @Jawara_Indonesia --- Memungut potongan-potongan makna yang berserak dari kehidupan. Melukis cinta dari berbagai kisah dan perenungan yang mendalam. Menggugah nurani dan inspirasi