Air Kencing yang Merembes dari WC Tetangga

341 24 0
                                    

Hidayah bisa datang kapan saja dan melalui berbagai cara. Terkadang seseorang tidak tersentuh dengan dakwah yang berbentuk ceramah, tetapi saat menyadari kemuliaan akhlak sang dai, hatinya pun luluh. Hidayah menyirami jiwanya dan syahadat pun diikrarkannya.

Oleh karena itu sangat penting bagi kita sebagai muslim untuk menampilkan akhlak yang baik dalam berinteraksi, terutama dengan non-muslim. Berkaitan dengan hal ini, ada kisah menarik dari seorang tabi'in bernama Sahal bin Abdullah at-Tustari rahimahullah. Sahal bin Abdullah lahir di Tustar dan termasuk murid seorang tabi'in bernama Sufyan at-Tsauri rahimahullah.

Dikisahkan bahwa Sahal bin Abdullah at Tustari rahimahullah memiliki tetangga yang beragama Majusi. Tetangga Majusinya itu tinggal di lantai dua, di atas ruangan yang ditempati oleh Sahal. Tapi ada satu hal yang tidak disadari oleh si tetangganya itu. Apa gerangan?

Tetangganya ini, si Majusi memiliki toilet tempat buang air kecil yang letaknya persis di atas kamar tidur Sahal bin Abdullah rahimahullah. Dia tidak tahu bahwa pipa saluran pembuangan air toiletnya sudah bocor. Jadi, setiap dia buang air kecil sebagian airnya merembes dan menetes ke kamar tidur Sahal bin Abdullah. Bisa kita bayangkan betapa menjijikkannya air yang jatuh itu.

Setiap hari, Sahal meletakkan ember besar untuk menampung kotoran yang menetes dari WC tetangganya ini. Ketika malam tiba, Sahal membuangnya. Ia memilih waktu malam agar orang lain tak melihatnya, agar tetangganya tidak menjadi malu karenanya.

Namun ternyata tidak demikian halnya dengan imam besar yang zuhud ini. Beliau dengan sabar menghadapi air kotor, najis, yang berbau itu. Beliau meminta isterinya untuk menaruh ember kecil tepat di bawah tetesan air yang merembes itu untuk menampungnya.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Bertahun-tahun lamanya keadaan menjijikkan itu terus berlanjut tanpa diketahui oleh si Majusi. Sahal bin Abdullah dan keluarganya tetap mengunci mulutnya rapat-rapat. Tak ingin menyinggung perasaan tetangganya. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya."

Hampir setiap hari Sahal dan keluarganya membuang air yang ada di dalam ember penampung itu apabila telah penuh, untuk kemudian ditampung lagi dengan ember yang kosong.

Hingga pada suatu hari, Sahal jatuh sakit. Mengetahui tetangganya sakit, orang majusi itu pun menjenguk Sahal bin Abdullah. Ia masuk ke dalam kamar Sahal. Ia pun melihat ada air yang menetes dari langit-langit kamar Sahal dan sebuah ember besar menampungnya di lantai.

Kemudian si Majusi itu bertanya perihal tetesan air tersebut. Akan tetapi Sahal hanya diam dan tersenyum. Dia tidak mau membuat tetangganya itu merasa tidak enak.

"Syaikh, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing ini?" kata si tetangga Majusi setelah dia sadar bahwa tetesan itu berasal dari toiletnya.

"Sejak dua puluh tahun yang lalu," jawab Sahal.

"Kenapa kau tidak memberitahuku?"

Kemudian Sahal menerangkan tentang ajaran islam yang menyuruhnya untuk menghormati dan memuliakan tetangga dan menjaga perasaan tetangganya.

Si Majusi itu tertegun mendengar jawaban Sahal. Lama dia terdiam. Rasa sedih, malu, penasaran, tertarik, dan kagum berbuncah-buncah didadanya. Dia goyah, dan tak dapat menahan air mata yang keluar.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba si Majusi itu menjabat tangan Sahal bin Abdullah dan mengucapkan syahadat. Ia menjadi seorang muslim karena kemuliaan dan keluruhan akhlak Sahal bin Abdullah rahimahullah.

Pertanyaannya, apa yang telah kita lakukan demi untuk memuliakan tetangga kita? Pengorbanan apa yang telah kita berikan agar tetangga kita tidak tersinggung?

Semoga kisah ini bisa memberi pelajaran berharga kepada kita tentang pentingnya menghormati tetangga dan pentingnya menjaga akhlak yang baik.

Semoga bermanfaat

Renungan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang