Banyak kita temukan kisah-kisah tentang anak yang durhaka di kehidupan kita. Baik itu kisah yang memang benar-benar nyata, maupun kisah yang memang legenda dan fiktif belaka. Dari kisah itu diharapkan seorang anak bisa berbakti dan mengabdi kepada kedua orang tua mereka terutama di usia senja.
Tapi sahabat, kali ini kita akan menyimak kisah bakti seorang anak terhadap ibunya. Kisah yang sangat mengharukan dan menggetarkan nurani bagi siapa yang mendengarkannya.
Kisah ini terjadi di pengadilan Saudi di wilayah Kasim. Berdirilah Hizan al Fuhaili dengan air mata yang bercucuran sehingga membasahi jenggotnya. Kenapa lelaki itu menangis? Ternyata ia sedang berselisih dengan saudara kandungnya.
Lalu apa yang membuatnya berseteru dengan saudara kandungnya? Mengenai harta warisankah? Atau tanah warisan yang diperebutkan?
Jawabannya adalah bukan!
Ia kalah terhadap saudaranya terkait pemeliharaan ibunya yang sudah tua renta. Seumur hidupnya, ibunya yang renta itu hidup bersamanya dan Hizanlah yang selalu menjaga dan merawatnya. Tatkala ibunya sudah lanjut usia, datanglah adiknya yang tinggal di kota lain, untuk mengambil ibunya agar sudi tinggal bersamanya, dengan alasan fasilitas kesehatan dan lain-lain di kota jauh lebih lengkap daripada di desa.
Namun Hizan menolak dengan alasan selama ini ia mampu untuk menjaga ibunya. Perseteruan tidak berhenti sampai di sini, hingga akhirnya berlanjut ke pengadilan. Sidang demi sidang dijalani, hingga sang hakim pun meminta agar sang ibu dihadirkan di majlis.
Kedua bersaudara itu membopong ibunya yang sudah tua renta yang beratnya tidak sampai 40 kg. sang hakim bertanya kepada ibu tersebut, siapa yang lebih berhak tinggal bersamanya. Sang ibu memahami pertanyaan sang hakim, ia pun menjawab, sambil menunjuk Hizan,"Ini mata kananku,"kemudian menunjuk ke adik Hisan sambil berkata,"Ini mata kiriku."
Sang hakim berpikir sejenak kemudian memutuskan hak kepada adik Hizan berdasar kemaslahatan bagi sang ibu.
Betapa mulia air mata yang dikucurkan Hizan. Air mata penyesalan karena tidak bisa memelihara ibunya tatkala ibunya menginjak lanjut usia.
Dan betapa terhormat dan agungnya sang ibu. Yang diperebutkan oleh anak-anaknya sehingga seperti itu. Andai kata kita bisa memahami bagaimana sang ibu mendidik kedua putranya hingga ia menjadi ratu bak mutiara termahal bagi anak-anaknya.
Sahabat, ini adalah pelajaran berharga dan mahal bagi kita tentang nilai bakti kita kepada kedua orang tua, dimana durhaka sudah menjadi budaya. Ketika seorang anak dengan tanpa beban menitipkan orang tua mereka yang sudah renta di panti jompo. Ketika seorang anak dengan berharap orang tuanya meninggal karena ingin harta warisan. Ketika anak merasa terbebani dan menggerutu sepanjang hari hanya karena mengurus ibunya yang dahulu juga mengurusnya di waktu kecilnya.
Tidak ada kata terlambat, sekarang saatnya kita datangi orang tua kita dan baktikan hidup kita untuk orang tua kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renungan Kehidupan
EspiritualTim Author @Jawara_Indonesia --- Memungut potongan-potongan makna yang berserak dari kehidupan. Melukis cinta dari berbagai kisah dan perenungan yang mendalam. Menggugah nurani dan inspirasi