Hak orang tua adalah hak yang wajib kita tunaikan setelah hak-hak Allah dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam. Tapi betapa sering diantara kita mengabaikan hak orang tua, baik disadari atau tidak disadari. Cobalah kita renungkan, seberapa sering kita menelpon teman kita dibanding orang tua kita? Seberapa sering kita mengunjungi mereka dibanding mengunjungi rekan bisnis kita? Jawaban dikembalikan kepada diri kita masing-masing.
Ada satu kisah yang mengharukan terkait rasa cinta antara orang tua dan anaknya.
Dikisahkan bahwa dizaman kekhilafahan Umar bin Khatab radiyallahu anhu ada seorang bernama Umayyah bin Hartsan al-Askar yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Kilab. Ia lebih dikenal dengan sebutan Abu Kilab. Suatu hari anaknya Kilab mendaftarkan diri bergabung dengan pasukan militer Irak yang dimpimpin Abu Musa Al-Asy'ari. Sehingga mau tak mau Kilab harus berpisah dengan ayahnya di Madinah dan pergi ke negeri yang jauh bernama Irak.
Beberapa lama kemudian ayahnya yang sudah pikun merindukannya. Lalu ia pun menghadap Umar bin Khatab ditemani oleh temannya. Umayah bin Harstan pun mengadukan persoalannya kepada Khilafah. Bahwa dia merasa kehilangan anaknya Kilab yang selalu melayaninya dan dia sangat merindukan Kilab.
Mendengar pengaduan Umayyah ini, maka Umar bin Khattab menangis. Umar segera mengeluarkan intruksi kepada Abu Musa Al-Asy'ari untuk mengembalikan Kilab ke Madinah. Sesampainya di Madinah, maka Kilab menghadap kepada Umar bin Khatab radiyallahu anhu.
Lalu Umar bertanya kepada Kilab, "Sejauhmana baktimu kepada ayahmu?"
Kilab menjawab, "Aku memenuhi semua kebutuhannya. Aku juga selalu memerah susu unta untuknya. Bahkan aku meminumkan susu tersebut oleh tanganku sendiri ke bibir ayahku."
Setelah mendengar pengakuan Kilab, maka Umar memerintahkan seseorang untuk menjemput ayahnya. Ayahnya datang dengan langkah kaki yang sempoyongan, dan badannya yang bungkuk menandakan dia sudah renta.
Umar bertanya kepadanya, "Bagaimana keadaanmu wahai Abu Kilab?"
Abu Kilab menjawab, "Sebagaimana yang engkau lihat wahai Amirul Mukminin."
Umar bertanya lagi, "Apakah kamu membutuhkan sesuatu?"
Abu Kilab menjawab, "Ya, aku sangat ingin melihat Kilab, lalu mencium dan mendekap anak tercintaku itu erat-erat hingga aku mati."
Mendengar pengakuan Abu Kilab, maka Umar bin Khattab menangis seraya mengatakan, "Engkau akan mendapatkan apa yang engkau cintai, dengan izin Allah."
Kemudian umar memerintahkan kepada Kilab untuk memerah susu unta untuk ayah tercintanya sebagaimana yang biasa dilakukannya. Kemudian menyerahkan susu tersebut kepada Umar. Umar menerima susuk unta tersebut seraya mengatakan, "Wahai Abu Kilab, minumlah."
Abu Kilab langsung mengambilnya.
Ketika mendekatkan susu tersebut pada mulutnya, Abu Kilab mengatakan, "Wahai Amirul Mukminin, demi Allah sesungguhnya aku mencium aroma kedua tangan anakku Kilab."
Umar pun menangis mendengarnya, seraya mengatakan, "Ini Kilab di hadapanmu. Kami mendatangkannya untukmu."
Abu Kilab segera bangkit untuk mendekat, dan memeluk putranya itu dan menciuminya. Umar bin Khattab dan orang-orang yang hadir pun menangis karena terharu melihat kejadian tersebut. Mereka berkata kepada Kilab, "Tetaplah bersama kedua orangtuamu dan jangan kembali lagi ke Irak."
Kilab senantiasa menetap bersama kedua orangtuanya hingga ayahnya meninggal dunia.
Dari kisah yang mengharukan ini kita bisa mengambil pelajaran berharga untuk tidak menyia-nyiakan orang tua kita selama mereka masih hidup. Layani mereka dengan sebaik-baik pelayanan jika mereka tinggal bersama kita, atau tidak jauh dengan kita. Dan telpon dan sapalah mereka jika mereka jauh dari kita, jangan pernah mengabaikannya.
Mungkin kita tidak pernah mengkhianati cinta kita kepada suami atau istri, kita tidak pernah mengkhianati janji kita kepada rekan bisnis, maka kita juga tidak seharusnya mengkhianati cinta orang tua kita. Mereka telah berkorban banyak untuk kita, maka kenapa kita tidak bisa berkorban sedikit waktu untuk mereka?
Semoga bermanfaat
![](https://img.wattpad.com/cover/103368200-288-k157170.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Renungan Kehidupan
SpiritualTim Author @Jawara_Indonesia --- Memungut potongan-potongan makna yang berserak dari kehidupan. Melukis cinta dari berbagai kisah dan perenungan yang mendalam. Menggugah nurani dan inspirasi