Kisah Tentang Itsar

211 10 0
                                    

Di zaman yang semakin hari sikap individualism semakin meraja, hendaknya kita mencoba merenungi diri kita sendiri. Adakah sikap egois dalam diri kita? Adakah kepedulian dan empati dalam diri kita terhadap saudara kita? Jangan-jangan kita selama ini telah menjadi pribadi yang egois dan tidak peduli terhadap orang lain.

Barangkali kisah yang satu ini bisa menjadi inspirasi tentang betapa pentingnya saling mencintai dan mengutamakan saudara seiman.

Kisah yang mengharukan dan menggetarkan iman ini terjadi di medan perang yarmuk. Peperangan kali ini berbeda dari perang-perang sebelumnya. Perang melawan pasukan Romawi tersebut sangat berat hingga hampir saja pasukan muslimin kalah.

Di saat yang genting, ketika pasukan Islam hampir mundur, sesosok shahabat Rasulullah turun dari kudanya. Ia mematahkan sarung pedangnya, lalu maju ke barisan paling depan. Menyemangati pasukan muslimin lain, ia pun berseru sembari menerobos pasukan Romawi. Sang shahabat Rasul yang pemberani tersebut ialah Ikrimah bin Abu Jahl.

Seorang putra dari musuh terbesar Rasulullah tersebut selalu berada di barisan terdepan peperangan, terhitung sejak ia beriman hingga ajalnya. Ia tak pernah absen dari panggilan jihad. Tak pernah absen di setiap peperangan.

Namun Khalid bin Walid melarangnya, tapi Ikrimah tetap maju tanpa gentar.

"Jangan kau lakukan, Wahai Ikrimah! Jika kau terbunuh, keadaan akan semakin gawat!" Seru Khalid bin Walid.

Namun Ikrimah tetap maju dengan berani. "Menjauhlah dariku, Wahai Khalid. Engkau telah lebih dahulu bersama Rasulullah. Sedangkan aku dan ayahku dahulu adalah orang yang paling keras permusuhannya kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Biarkan aku menebus segala kesalahanku dulu!" ujar Ikrimah.

Ternyata keberanian Ikrimah menjadi pemicu semangat muslimin yang lain. Pasukan yang tadinya hendak mundur tiba-tiba kembali bergairah. Satu per satu muslimin pun turut serta. Hingga 400 pasukan muslimin pun mengikuti keberanian Ikrimah.

Hasilnya, pasukan muslimin meraih kemenangan. Romawi berhasil dipukul mundur hingga akhirnya menyerah. Muslimin bergembira dan bersyukur tiada tara.

Namun, pemandangan di akhir perang sangatlah menyedihkan. Selain banyak mujahid yang tewas, ada tiga orang shahabat Rasulullah yang terbujur lemah penuh luka dan darah. Mereka tidak lain adalah Ikrimah bin Abu Jahl dan Al Harits bin Hisyam yang gagah berani maju melawan Romawi, serta seorang shahabat lain yakni Ayyasy bin Abi Rabi'ah.

Dengan tubuh terbujur kaku dan luka yang tak mampu lagi ditahan, Ikrimah meminta seteguk air. Seorang sahabat yang masih hidup segera membawakan air dan mencoba memberi minum Ikrimah yang lemah. Tapi tiba-tiba ada suara erangan beberapa meter dari mereka. Ikrimah melihat al-Harits yang juga terbujur lemah tak berdaya. Maka Ikrimah berkata kepada si pengantar air, "Berikan air ini pada Al Harits."

Maka dibawalah air itu pada Al Harits. Namun Al Harits melihat Ayyasy menoleh padanya. Al Harits pun meminta agar Ayyasy lebih dahulu meneguk air segar itu. "Air ini untuk Ayyas saja. berikan kepadanya." Pinta al-Harits.

Air itu pun dibawa pada Ayyasy. Namun sebelum meneguknya, Ayyasy sudah menemui ajal. Maka si pembawa minum itu pun kembali menuju Ikrimah untuk memberinya minum. Sayangnya Ikrimah sudah syahid. Pembawa minum itu menghampiri al-Harits dan dia juga melihat al-Harits sudah terbujur kaku sebagai syahid.

Sungguh kisah ini kisah yang indah dan mengharukan. Kisah yang membuat kita sadar pentingnya arti itsar, atau mementingkan saudara seiman dibanding diri sendiri.

Sungguh, betapa mulianya akhlak para shahabat Rasulullah. Di saat sakaratul maut pun, mereka masih mengutamakan saudara seiman daripada diri sendiri. Semoga Allah memberikan ketiganya nikmat telaga Al Kautsar di surga kelak. dengannya, mereka tak akan lagi merasa haus selama-lamanya.

Dan tentunya semoga kita semua memiliki sifat layaknya Ikrimah dan kedua temannya.

Semoga bermanfaat.

Renungan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang