Kisah Imam Ahmad dan Penjual Roti

495 16 0
                                    

Istighfar adalah kalimat tayibah yang sangat dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala. Bahkan dengan istighfarlah kita bisa mendapatkan berbagai kemudahan di dalam hidup kita, disamping diampuninya dosa-dosa kita.

Berkaitan dengan keutamaan istighfar, marilah kita simak sebuah kisah inspiratif dari seorang imam besar, Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, seorang ahli hadits, juga muridnya Imam Syafi'i rahimahullah.

Dikisahkan bahwa suatu hari Imam Ahmad sangat ingin berkunjung ke salah satu kota di Irak. Padahal beliau tidak ada janji dengan seorang pun, beliau juga tidak memiliki kebutuhan atau hajat. Tapi entah kenapa, hari itu hatinya sangat ingin pergi ke kota tersebut, tanpa alasan yang jelas. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah.

Ketika tiba waktu shalat Isya, Imam Ahmad ikut berjamaah di masjid dan setelah itu dia berbaring untuk istirahat. Tiba-tiba marbot masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya, "Anda sedang apa di sini?"

Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad karena tidak ada foto pada jaman itu. Padahal seluruh penduduk Irak mengetahui siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, dan zuhud kehidupannya.

Maka Imam Ahmad menjawab, "Saya ingin istirahat, saya musafir".

Tapi marbot itu melarangnya untuk istirahat atau tidur di dalam masjid. Bahkan sampai-sampai Imam Ahmad didorong-dorong dan disuruh keluar dari dalam masjid. Setelah beliau keluar dari masjid, maka dikuncilah pintu masjid.

Kemudian Imam Ahmad tidur di teras masjid. Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad.

Marbot itu berkata, "Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh".

Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita di dalam riwayatnya, "Saya didorong-dorong sampai di jalanan".

Disebutkan bahwa di samping masjid ada penjual roti. Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh.

Penual roti itu berkata kepada Imam Ahmad, "Tuan, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".

Akhirnya Imam Ahmad pun menerima tawarannya dan masuk ke rumah si penjual roti yang kecil. Kemudian Imam Ahmad duduk di belakang si penjual roti yang sedang membuat roti. Imam Ahmad memperkenalkan dirinya hanya sebagai musafir, dia tidak menyebutkan namanya.

Penjual roti ini pun kembali sibuk dengan pekerjaannya, kalau Imam Ahmad mengajak ngobrol, maka dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti.

Ada satu hal yang menarik perhatian Imam Ahmad. Setiap kali penjual roti itu membuat adonan, dia memulainya dengan istighfar. Begitu pun ketika menambahkan bahan-bahan adonan. Setiap pekerjaan ia barengi dengan istighfar.

Karena penasaran, Imam Ahmad bertanya, "Sudah berapa lama kamu melazimkan istighfar?"

Orang itu menjawab, "Sudah lama, semenjak saya menjadi penjual roti saya selalu melazimkan istighfar."

Kemudian Imam Ahmad bertanya, "Apa hasil dari perbuatanmu ini?"

Orang itu menjawab "Lantaran wasilah istighfar, Tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta langsung diterima".

Imam Ahmad mengangguk takjub.

Lalu orang itu melanjutkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih ada satu hal yang belum Allah kabulkan".

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya, "Apa itu?".

Maka orang itu menjawab, "Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad".

Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah, dan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu".

Semoga dengan kisah ini, kita bisa terinspirasi untuk selalu melazimkan istighfar dalam keseharian kita, sebanyak yang kita mampu,

Memang benar sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam,

"Barang siapa yang memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan baginya pada setiap kesedihannya jalan keluar, dan pada setiap kesempitan ada kelapangan, dan Allah akan memberinya rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberi kita kekuatan untuk lisan kita banyak-banyak beristighfar..

Renungan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang