Ada sebuah kisah nyata dari Yogyakarta. Ada seorang tukang becak yang ingin sekali rutin bersedekah. Keinginan tersebut muncul setelah dia mendengar pengajian tentang keutamaan pahala sedekah di sisi Allah.
Akan tetapi, tukang beca itu sadar akan kondisinya yang selalu serba kekurangan dan tidak mungkin punya uang lebih untuk disedekahkan. Akan tetapi dia menemukan sebuah ide untuk bersedekah. Yaitu dia berjanji setiap hari Jum'at akan mengantarkan siapa pun yang memakai jasanya tanpa meminta imbalan. Dia ikhlas akan mengantarkan siapa pun orangnya pada hari jumat, demi niatnya bersedekah. Tukang beca itu berpikir bahwa orang yang memiliki uang bisa bersedekah dengan hartanya, dan dia bisa bersedekah dengan jasa becanya.
Kemudian di suatu hari di hari jumat, Seorang pengusaha sukses dari Jakarta ingin bernostalgia dengan masa lalunya di jogja. Setelah turun dari kereta di stasiun tugu, dia berkeinginan untuk keliling jogja menggunakan jasa beca. Kebetulan tukang beca itu ada di depannya.
"Antarkan saya keliling kota Pak, baru nanti menuju hotel," pinta pengusaha itu.
Tukang beca itu merasa gembira, Pagi-pagi sudah dapat rezeki. Mereka berkeliling kota, berhenti di beberapa tempat yang diminta si pengusaha. Sampai akhirnya menjelang siang mereka menuiu sebuah hotel.
Ketika si pengusaha turun dari becak, dan akan membayar tiba-tiba sayup terdengar suara azan Zhuhur dari masjid. Si tukang becak tersentak, dia tiba-tiba ingat kalau hari ini adalah hari Jum'at! Setengah hatinya menangis, dia ingin membatalkan niatnya bersedekah di hari Jum'at. Setelah lelah mengantarkan penumpang keliling kota, ada rezeki yang banyak di depan mata. Sementara setengah hatinya lagi berbisik untuk tetap meneruskan niatnya.
Akhirnya, dengan halus tukang becak itu berkata, "Bapak, terima kasih untuk pembayaran Bapak. Tapi saya tidak bisa menerimanya karena ini hari Jum'at. Saya sudah berjanji, setiap hari Jum'at, siapa pun yang naik becak saya tidak akan saya pungut bayaran. Saya ingin niat sedekah saya tidak luntur karena uang ini.
Si pengusaha terkejut mendengarnya. Setelah hampir seharian mandi keringat mengantarkannya keliling kota, dengan napas yang ngos-ngosan, tukang becak ini masih sanggup mempertahankan niat yang sudah diucapkan hatinya.
Dengan mata berkaca-kaca, pengusaha itu berkata, "Pak, saya akhirnya menemukan jawabannya. Saya seperti ditunjukkan jalan untuk kembali ke Yogya, bukan hanya untuk bernostalgia, tapi juga menguatkan niat saya. Tahun ini saya akan naik haji Pak, dan saya belum menemukan siapa orang yang akan menemani saya berangkat ke tanah suci."
Hari ini saya ditunjukkan oleh Allah langsung, dengan kebersihan hati Bapak, dengan niat bersih saya ingin Bapak yang menemani saya naik haji tahun ini. Semua biaya dan surat-surat akan saya urus segera. Mari Pak, kita menghadap Alah bersama-sama.
Gantian si tukang becak yang terbengong-bengong. Lalu menangis tersedu-sedu mendengar apa yang dikatakan si pengusaha.
Nah, dari kisah ini kita bisa mengambil banyak pelajaran bahwa rencana Allah subhanahu wata'ala tidak pernah bisa diduga. Kita yakin bahwa kita berbuat kebaikan, maka Allah subhanahu wata'ala akan membalasnya.
Semoga bermanfaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renungan Kehidupan
روحانياتTim Author @Jawara_Indonesia --- Memungut potongan-potongan makna yang berserak dari kehidupan. Melukis cinta dari berbagai kisah dan perenungan yang mendalam. Menggugah nurani dan inspirasi