Bagian 2

15K 723 1
                                    

Sejak kecelakaan tersebut, Nada mengalami amnesia. Ia tak mengingat kejadian sebelum terjadinya kecelakaan nahas tersebut. Seketika, amnesia yang dideritanya sangat membantu ia melupakan kejadian menyedihkan yang menimpa Pandu. Lelaki tampan, dingin, datar, dan bermata elang. Karena itulah Nada menyebutnya Kak Elang. Seumur hidup Pandu, hanya Nada yang menyebutnya dengan nama tersebut.

"Bagaimana keadaan putri saya, Dok?" tanya Pak Hendrawan, papa Nada. Ia langsung meluncur ke rumah sakit setelah menerima kabar tentang kecelakaan putrinya. Dengan masih mengenakan seragam kebesarannya, ia mendatangi rumah sakit disertai dengan beberapa ajudannya. Seketika suasana rumah sakit menjadi tegang.

"Putri bapak masih dalam kondisi koma. Dan sebagian memori otaknya hilang. Sepertinya pasien akan mengalami amnesia." jelas dokter.

Raut wajah Pak Hendrawan mendadak layu. Ia menunduk sedih melihat kondisi anaknya yang terbaring lemah. Ia merasa terpukul karena tak bisa melindungi anaknya, sebagaimana ia melindungi negara tercintanya.

"Bapak harap bersabar, dan banyak berdoa." ucap dokter menghibur. Pak Hendrawan tersenyum samar. Lalu dokter itu melenggang pergi menuju ruang kerjanya.

Langkah berat Pak Hendrawan terdengar mendekati ranjang putrinya. Wibawanya sebagai seorang Jenderal runtuh seketika. Ia menangis pilu melihat kondisi putrinya yang malang. Sesekali ia merasa bersalah. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tak ada waktu banyak untuk menjaga putrinya.

"Nada... Maafkan papa, papa gagal menjagamu, papa gagal menjadi ayah yang baik untukmu..." lirihnya. Tangan kanannya membelai lembut rambut anak gadisnya.

"Bangunlah, Nak. Bangun dari tidurmu, papa sangat merindukanmu..." ucapnya. Setetes air mata jatuh mengenai pipi sang gadis. Ya, Jenderal itu tengah menangisi anaknya. Ia merasa gagal melindungi buah hatinya sendiri.

***

Empat puluh delapan jam kemudian, Nada menggerakkan jari tangannya. Hal itu sontak membuat ayahnya lega dan bersyukur. Ya, sang papa izin berhari-hari dari kedinasannya hanya untuk menemani anak perempuannya. Begitu banyak orang yang menjenguk Nada ketika ia koma.

"Nada? Kamu sudah sadar, Sayang? Kamu bisa lihat papa?" berondong Pak Hendrawan memastikan kesadaran anaknya.

Dokter memeriksa keadaan sang gadis. Nada membuka perlahan kedua matanya.

"Pa... Papa?" panggilnya.

"Alhamdulillah..." ucap Pak Hendrawan penuh syukur, karena anaknya masih mengenali ia sebagai ayahnya. Itu artinya, anaknya tak mengalami amnesia.

"Nada... Nada dimana?" tanyanya linglung. Nada terus memegangi pelipisnya.

"Kamu ada di rumah sakit, Nad. Kamu kecelakaan," jelas sang papa.

"Aku... Kecelakaan? Bagaimana bisa?"

"Nada, apa kamu tidak mengingat apapun yang terjadi sebelum kamu kecelakaan?" tanya dokter.

"Apa? Saya saja tidak mengerti kenapa saya bisa kecelakaan. Saya benar-benar lupa apa yang terjadi sebelumnya..." jawab Nada.

Dokter itu menoleh dan memandang Pak Hendrawan.

Tok... Tok... Tok... Tiba-tiba seseorang datang mengetuk pintu.

"Masuklah," kata dokter.

"Dok? Di depan ada beberapa teman pasien yang ingin menjenguk," ucap seorang suster dari balik pintu.

"Suruh masuk saja. Tapi jangan terlalu banyak." ucap dokter mempersilakan.

Tiba-tiba lima orang teman dari kalangan OSIS Nada memasuki ruangan.

"Assalamu'alaikum," ucap mereka serentak.

"Wa'alaikumsalam."

"Pagi, Nada, Om," sapa Dimas, Ketua 1 OSIS.

Mereka semua menyalami Pak Hendrawan.

"Nad, ini aku bawain buah buat kamu," ucap Vira.

"Waah... Makasih ya Vir..." ucap Nada. Pak Hendrawan sedikit bernafas lega.

"Nad, lo kok bisa kayak gini?" tanya Edo.

"Gue gak tau, Do... Gue lupa..." jawab Nada.

"Hah? Kok lo bisa lupa?"

"Iya... Gue bener-bener gak inget apa yang terjadi..." teman-teman Nada saling berpandangan heran.

Dokter mengajak Pak Hendrawan untuk bicara. Mereka pergi ke ruang kerja dokter tersebut.

"Anak bapak mengalami amnesia retrograde. Jenis amnesia yang membuat penderitanya tak mengingat kejadian sebelum ia mengalami kecelakaan. Ia akan lupa dengan hal-hal yang terjadi sebelum kejadian tersebut." jelas dokter.

"Lalu, bagaimana cara menyembuhkannya, Dok?" tanya Pak Hendrawan frustasi.

"Anak bapak harus menjalani terapi untuk memulihkan ingatannya." jawab dokter. Pak Hendrawan mengangguk sedih.

***

Disappeared Memory (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang