Bagian 47

8.3K 412 9
                                    

Setelah koma selama empat hari, Nada akhirnya sadar dan bisa kembali bicara dengan teman-temannya. Dan yang paling membahagiakan adalah, dia sudah mengingat semua memori yang dulu hilang karena amnesia yang dideritanya. Terlebih, dia bisa menemukan cintanya kembali dengan sang pujaan hati.

"Guys, aku minta maaf ya... Gara-gara aku, kalian jadi nggak bisa ngerayain kemenangan kita... Kalau aku nggak pingsan waktu itu, pasti kita udah teriak-teriak seneng sambil gendong piala... Maafin aku..." lirih Nada.

Teman-temannya tersenyum. "Nggak pa-pa, Nad. Kamu nggak salah kok. Kita nggak mungkin ngerayain kemenangan kita tanpa kamu, Nad. Kamu yang udah berhasil bikin tim kita menang. Kamu bener-bener top deh." ucap Budi.

Yang lainnya mengangguk mengiyakan, termasuk Kevin yang sedari kemarin lebih banyak diam. Mungkin karena ada Pandu kali, ya?

"Makasih ya temen-temen, ini semua berkat kerja sama kita kok. Kita bener-bener tim yang hebat." ujar Nada. Teman-temannya tersenyum.

***

Setelah Pandu mengganti seragam lorengnya dengan pakaian sipil, ia kembali menemani Nada di ruang rawatnya. Teman-teman tim basket Nada masih setia menemani Nada disana. Meski Rahman tak bisa hadir karena katanya sedang ada urgent. Ada juga Zara yang menginap di rumah sakit sejak dua hari yang lalu.

"Ayo Kak makan dulu buburnya," ucap Nada seraya menyuapi Pandu satu sendok bubur ayam yang dibeli di luar rumah sakit. Bukan bubur yang di rumah sakit tentunya. Karena bubur itu dikhususkan untuk Nada.

"Enggak, Nad, aku bisa makan sendiri," ucap Pandu lantaran tak enak sedari tadi ditonton terus sama teman-teman Nada.

"Makan sendiri gimana? Tangan kanan kakak kan lagi sakit, masa mau makan pake tangan kiri? Hiii nanti makannya ditemenin setan loh..." ujar Nada bergurau. Pandu tersenyum gemas melihat tingkah gadisnya yang kini telah kembali. Tentara itu mencubit pelan pipi Nada yang tembam.

"Eh, kalian udah makan? Kalau gitu makannya bareng aja sama saya," tanya Pandu mengalihkan perhatiannya.

"Udah, Pak. Tadi kami udah makan bubur ayam di luar," jawab Budi.

"Nggak usah panggil 'Pak' toh, emangnya saya kelihatan tua ya?" gurau Pandu. Mereka terkekeh pelan.

"Ayo ih, Kak makan dulu... Nanti kakak sakit," ucap Nada merengek-rengek.

"Nggak pa-pa aku sakit, Dek. Kalau aku sakit kan aku bisa tidur disini bareng kamu," ujar Pandu genit.

"Ih, dasar genit!" cibir Nada seraya mencubit perut kotak-kotak milik Pandu.

"Aduh, sakit Sayang..." rengek Pandu.

"Rasain! Nggak mau makan sih," omelnya.

Setelah diomeli oleh pacarnya sendiri, akhirnya Pandu mau disuapi oleh Nada. Tampaknya Nada sudah semakin membaik keadaannya. Dan dalam waktu dekat, ia diperbolehkan pulang.

"Nah, gitu dong," ucap Nada seraya asyik menyuapi kekasih besarnya dengan semangkuk bubur ayam.

"Jadi... Kalian bener-bener pacaran?" tanya Willa tak percaya.

"Iya, Wil." jawab Nada.

"Sebenernya dari dulu juga kita udah pacaran, tapi sempat pisah karena Nada amnesia, dan saya sempat dinyatakan meninggal waktu nugas di Sumba." jawab Pandu menimpali.

Teman-teman Nada manggut-manggut paham.

"Em, kalian, gue pamit dulu ya." ucap Kevin tiba-tiba.

"Kenapa, Vin?" tanya Nada bingung.

Disappeared Memory (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang