Bagian 25

6.8K 376 4
                                    

Byuurr! Riak air yang memenuhi bak mandi tumpah ruah setelah Vivian menceburkan kasar gayung ke dalamnya.

"Hahahaha! Rasain lo!" ucap teman-temannya seraya tertawa puas.

"Seharusnya, lo itu terimakasih sama kita, yang udah berbaik hati nyalonin lo!" ucap Zheva. Sementara Vivian terus menatap Nada seraya melipat kedua tangannya di dada.

Nada diam tak bergeming sambil duduk melipat kakinya di kamar mandi yang letaknya tak jauh dari kamar ganti. Ia melipat kedua tangannya, mengelus pelan kedua bahunya yang kedinginan. Punggungnya terlihat naik turun karena tangisnya yang masih deras mengalir. Rambutnya tergerai panjang karena guyuran air yang juga membasahi tubuh mungilnya. Nada mirip seperti orang tenggelam saat ini.

"Gimana? Puas? Kapok nggak? Makanya, jangan sok cantik lo, deketin cowok orang!" hardik Vivian. Ia lalu berjalan mendekati Nada yang masih diam tak merespon.

Vivian menarik rambut Nada, memaksa Nada mendongakkan kepalanya untuk melihatnya. Nada terkejut mendapat perlakuan seperti itu secara tiba-tiba oleh Vivian.

"Ini peringatan terakhir buat lo. Kalau lo masih berani deketin Kevin, lo tentu tau apa akibatnya." ancamnya, lalu menghempas kasar rambut Nada.

"Ini semua belum seberapa. Lo bikin ulah lagi, kita semua bisa lakuin yang lebih dari ini." timpal Susan.

Nada diam membisu. Sampai akhirnya kelima orang tersebut pergi meninggalkannya sendirian.

***

"Nada?" panggil Pandu di lorong kelas sekolah gadisnya. Ia panik karena sedari tadi tak kunjung melihat batang hidung gadis tercintanya.

Kini, sekolahnya sudah sepi. Ya, tentu saja. Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Tak ada lagi satupun siswa dan guru yang masih berkeliaran di gedung ini. Kecuali satpam yang tadi ditemuinya di pagar depan.

Oh ya, soal satpam, dia sempat menahan Pandu mencari-cari Nada di gedung sekolah ini. Bukannya apa-apa, ia hanya tak percaya dengan orang asing yang memasuki gedung sekolah yang diamanahkan untuk dijaga olehnya. Tapi, tatapan andalan Pandu berhasil membuat satpam itu diam tak berkutik. Akhirnya ia menawarkan diri untuk membantu mencari keberadaan Nada di luar gedung sekolah. Dan Pandu mengizinkannya.

Derap langkah sepatu tentara milik Pandu terdengar bergema di lorong itu.

"Nad, kamu dimana?" tanyanya lagi. Suaranya menggema di lorong sepi tersebut.

Sedang kebingungan mencari sosok gadisnya, ia tiba-tiba mendengar suara gadis-gadis yang tertawa di ujung lorong.

"Aahahaha..."

Dan benar saja, terdapat lima orang gadis yang tiba-tiba muncul di balik lorong. Menanggapi ada sesuatu yang aneh, Pandu bersembunyi di balik tangga.

"Hahahaha... Puas banget gue kerjain si cupu itu!"

"Iya, lo harus tau tadi gimana mukanya pas kita coret pake lipstik. Iih... Nggak banget!"

"Iya ya, gue jamin, setelah ini, dia bakal jauh-jauh dari Kevin, Vi!"

"Ya... Semoga aja. Kita lihat aja ke depannya. Kira-kira dia bakal jauh-jauh dari cowok gue atau nggak."

"Hahaha... Iya dah, semoga aja ya! Terbang noh kayak pesawat. Cusss!"

"Hahaha, udah deh mending kita pulang. Udah sore banget nih,"

"Eh, gimana kalau kita nge-mall aja? Bosen gue di rumah..."

"Setuju banget gue!"

"Ah, gokil ide lo!"

"Udahlah, yuk, capcus!"

Disappeared Memory (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang