"Kalau gitu, sama yang buat lukisannya juga boleh?"
Manik mata Nada terbelalak lebar mendengar perkataan tentara muda di depannya.
"Hah?!"
Pandu tersenyum usil. "Nggak, aku bercanda aja." ujarnya menenangkan keterkejutan gadis cantik di depannya.
Oh, cuma bercanda. Kirain beneran, batin Nada.
"Kamu nggak usah shock gitu." ucap Pandu datar. Oh Tuhan, ia kembali menampakkan ekspresi khasnya. Bersikap dingin dan datar.
Nada membuang pandangannya. "Ih, siapa juga yang shock. Om kegeeran tingkat dewa, deh." cibirnya. Pandu beranjak pergi ke luar ruangan itu.
"Ayo cepat turun. Kamu belum sarapan." ajaknya. Nada mengangguk pelan.
Nada berjalan mengekori Pandu menuju ruang makan. Disana ada Pak Hendrawan seorang.
"Ayo, Nak, Lettu Pandu, kita sarapan sama-sama." ajak Pak Hendrawan.
Mereka bertiga sarapan bersama pagi ini. Ya, bertiga. Bi Siti sedang tak di rumah sejak subuh tadi. Beliau pergi ke rumah sakit untuk menjaga adiknya yang dirawat disana. Rencananya, Nada dan papanya akan menjenguk adik Bi Siti besok pagi.
Nada terlihat begitu menikmati sarapannya sehingga ia tak menyadari bahwa ada seorang pria yang sesekali meliriknya. Ya, pria itu adalah Pandu.
"Tiga hari ini kamu libur, Nak?" tanya Pak Hendrawan membuka percakapan.
Nada mengangguk. "Iya, Pa."
"Setelah itu ujian?" tanya Pak Hendrawan.
"Iya, Pa." jawab Nada.
"Sudah dipersiapkan?"
"Sudah, Pa. Nada udah belajar dari minggu-minggu yang lalu." jawab Nada.
"Bagus. Ukir terus prestasimu di sekolahmu yang baru, Nak. Papa bangga sama kamu," puji sang papa seraya tersenyum.
"Iya, Pa. Dan turnamennya bakal diadain setelah ujian nanti, Pa." ujar Nada.
"Hmm, begitu, ya? Ya sudah, persiapkan dengan baik. Jaga kesehatanmu sampai turnamen nanti." ujar Pak Hendrawan.
"Siap, Pa." ujar Nada tegas seraya memberi hormat pada sang papa. Papa yang melihatnya hanya tertawa gemas seraya mengacak rambut putrinya.
"Umm, Pa? Nada pengen liburan, bosan di rumah terus," rengek Nada.
"Ya udah, liburan aja."
"Nggak ada temennya, Pa, Zara kan lagi di Tokyo sama orang tuanya."
"Hmm, ya udah, nanti sore kamu liburan ditemenin sama Pandu aja. Pandu, bisa kan?" tanya Pak Hendrawan.
"Siap, bisa!"
"Lho, tapi kan Om Pandu baru turun tugas, nanti kalau kecapekan gimana?" tanya Nada.
"Ya udah, kan bisa istirahat dulu. Lagian kan kamu perginya sore," jawab sang papa.
Nada mengangguk lemas menanggapi tawaran sang papa. Ya sudahlah, sepertinya tak ada pilihan lain selain liburan bersama patung dingin itu.
Nada POV
Setelah sarapan, Om Pandu pamit pulang ke baraknya untuk beristirahat. Aku kembali ke kamar untuk sekedar membaca novel kesukaanku. Sudah dua minggu ini aku berkutat dengan buku pelajaran sehingga novelku terabaikan.
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara orang menggedor pintu kamarku. Aku terkesiap dan kulirik jam dinding kamarku. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappeared Memory (Completed)
RomanceKetika sebuah memori harus memisahkan ikatan antara seorang tentara gagah dengan kekasihnya. Namun, tanpa kesengajaan, waktu kembali mempertemukan mereka setelah bertahun-tahun terpisah jarak kenangan. Cerita fiktif dari coretan-coretan absurd autho...