Nada menyeruput es kelapanya bersama Pandu di warung dekat asrama. Dia masih mengenakan seragam sekolahnya, sedangkan Pandu masih lengkap dengan seragam dan baret yang diselipkan di bahunya. Mereka tampak menikmati segarnya es kelapa di sore yang cukup terik. Ya maklumlah, belakangan ini kota Jogja jarang diguyur hujan.
Menyegarkan, memang. Terutama bagi Nada yang masih pusing soal drama korea yang terjadi saat pulang sekolah tadi. Ya, gadis berumur delapan belas tahun itu terpaksa menjadi korban drama yang juga ditonton oleh banyak orang di sekolahnya tadi.
"Masih pusing?" tanya Pandu.
"Sedikit," jawab Nada lesu. Ia terus memandangi meja yang menopang kedua tangan mungilnya.
"Salah sendiri, lagi pusing kok malah minum es." cibirnya. Nada melengos kesal.
"Biarin. Es kelapa disini tuh enak banget, kata Zara, ini tuh pas banget buat orang yang galau, atau yang lagi banyak pikiran." ujarnya membela diri.
"Huh, ya udahlah. Terserah kamu." ujar Pandu tak ingin berdebat.
"Tapi emangnya, ada masalah apa sih tadi?" tanyanya lagi.
Nada menghela nafasnya.
"Nggak tau tuh, nggak penting." jawabnya malas.
"Kenapa sih, kamu tuh ada aja masalah sama si cowok sok kegantengan itu?" tanyanya lagi. Nada menyipitkan matanya. Malas sekali ia membicarakan cowok genit yang terus-terusan mengejarnya, seperti anak bebek yang terus mengikuti kemanapun induknya pergi.
"Jadi gini..."
Nada mulai menceritakan masalahnya dengan Kevin. Kedua mata Pandu terus menatap wajah gadis manis di depannya, dan kedua telinganya terus mendengarkan curhatan gadisnya dengan sabar. Ia terus menyimak sampai gadisnya berhenti bicara.
"Gitu, Kak." ujar Nada saat ceritanya selesai.
Pandu mangut-mangut paham.
"Nada juga masih nggak paham, Kak. Kenapa sih cowok kayak Kevin gak ada bosen-bosennya ngedeketin cewek kayak Nada. Nada kan cuma siswi baru di sekolah, nggak kayak Vivian yang udah hampir tiga tahun ada disana," keluhnya.
"Ya udah, kalau kamu nggak suka, jauhi aja dia. Dia tuh kurang baik buat kamu." ujar Pandu.
"Kakak tau darimana kalau dia kurang baik?" tanya Nada bingung.
"Lah, kan tadi katamu dia itu playboy. Artinya, dia nggak bisa suka sama satu cewek aja. Mungkin dia bisa bilang sayang ke kamu. Tapi juga nggak menutup kemungkinan kalau dia bilang hal yang sama ke cewek lain. Kita nggak pernah tau, ya kan?" ujarnya bijak.
"Huh, ya udahlah. Lagian aku juga nggak tertarik sama dia." ujar Nada. Ia kembali menyeruput es kelapanya.
"Besok ujian apa?" tanya Pandu, mengalihkan pembicaraan.
"Fisika dan Seni Budaya." jawab Pandu.
"Belajar yang bener," titah Pandu.
"Siap, Kak." ujar Nada seraya meniru hormat ala tentara yang biasa ia lihat di asramanya.
Pandu terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan nona mudanya.
Banyak orang yang memandangi Pandu sedari tadi. Terutama para wanita. Mereka sebenarnya menyadari hal itu, terutama Pandu yang juga merasa jengah karenanya.
"Gimana rasanya diperhatiin terus sama cewek, Kak?" tanya Nada usil. Pandu melayangkan tatapan tajamnya.
"Memuakkan." jawab Pandu. Nada tertawa geli.
"Ya, rasanya kayak si Kevin yang selalu ganggu kamu tuh," goda Pandu tak mau kalah. Nada menyipitkan matanya kesal. Kini, giliran Pandu yang tertawa geli melihat perubahan ekspresi wajah Nada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappeared Memory (Completed)
RomanceKetika sebuah memori harus memisahkan ikatan antara seorang tentara gagah dengan kekasihnya. Namun, tanpa kesengajaan, waktu kembali mempertemukan mereka setelah bertahun-tahun terpisah jarak kenangan. Cerita fiktif dari coretan-coretan absurd autho...