Bagian 46

7.4K 417 23
                                    

"Uuh..." aku meringis seraya memijat pelipisku yang terasa nyeri. Aku terbangun seraya meraba rambutku yang acak-acakan. Kedua mataku menerawang ke segala arah. Tak kutemukan apa-apa. Semuanya gelap.

Aku ada dimana? Bukannya aku tadi ada di pasar? Dimana Kak Pandu dan 'diriku' yang tadi kulihat? Lalu... bukannya aku tadi pingsan juga? Ini tempat apa? Siapa yang membawaku kesini?

Tiba-tiba mataku seperti menyorot sebuah rekaman. Rekaman video besar layaknya sebuah layar bioskop. Tempat apa sih ini? Apa benar aku ada di bioskop? Tapi, tak ada apa-apa di sebelah kanan kiriku. Tak ada bangku penonton, popcorn, segelas jus, dan orang-orang yang saling mengoceh tak jelas seperti halnya para penonton di bioskop pada umumnya.

Tak ada apapun, kecuali layar besar itu, yang tak jelas sebesar apa, intinya rekaman video itu memenuhi pandanganku. Seolah-olah aku berada di dalam tayangan tersebut.

Selang berapa lama, aku melihat sebuah pesawat. Ya! Sebuah pesawat! Di cabinnya, terdapat banyak pria berseragam tentara hendak melaksanakan tugasnya. Di antara banyaknya pria berseragam loreng, entah mengapa pandanganku lebih fokus ke seorang tentara muda dengan seorang gadis berpakaian santai.

Pandangan mataku semakin menajam. Dan lagi-lagi gadis tersebut adalah sosok yang sama denganku. Ya! Gadis itu adalah aku! Dan pria itu... pria itu adalah Kak Pandu!

Entah mimpi macam apa lagi yang kulihat kali ini. Eh, atau jangan-jangan... semua ini adalah bagian dari masa laluku?

Aku kembali memfokuskan diri pada tayangan tersebut.

Rambut panjang sang gadis beterbangan karena angin kencang yang terus menerpanya. Namun Kak Pandu terus membantu gadis itu merapikan rambutnya yang terlihat mengganggu gadis tersebut. Ia menyelipkan rambut-rambut nakal ke belakang telinga gadis tersebut, lalu tersenyum manis sekali. Sesaat kulihat tatapan matanya yang tajam namun menawan. Serasa melihat sepasang mata elang yang menyerupai sebilah belati. Eh, tunggu, mata elang?

"Pria dingin bermata elang yang selalu kamu rindukan."

Tiba-tiba pikiranku memutar kembali suara seseorang yang terdengar seperti bicara denganku beberapa bulan silam. Mata elang? Jadi, yang dimaksud mimpiku waktu itu adalah... Kak Pandu?

"Cepatlah kembali, Kak Elang... Aku bakal kangen banget sama kakak..." ujar sang gadis pada Kak Pandu. Eh, apa itu tadi? Kak Elang?

"Aku pasti kembali, Sayang." ucap Kak Pandu mesra. Hah? Apa? Sayang?

Seketika pikiranku melayang ke kejadian beberapa bulan silam. Tepatnya saat kejadian aku dirawat di rumah sakit karena pingsan di depan toko buku. Saat itu, aku mendengar seseorang bicara padaku.

"Pria dingin bermata elang yang selalu kamu rindukan."

Tiba-tiba sebuah memori kembali terlintas dalam pikiranku. Mata elang... mata elang... Ya! Aku mengingatnya. Sepertinya... mata itu sudah sejak lama sekali kulihat. Mata tajam yang mampu membius siapapun yang melihatnya.

"Dulu, kita sering menghabiskan waktu bersama."

Pikiranku kembali memaksa sebuah memori yang agaknya tersembunyi dalam otakku. Aku kembali mengingat kencanku dengan Kak Pandu, saat ia memintaku menjadi kekasihnya, saat ia memberiku bunga-bunga mawar yang cantik, saat kami berjalan-jalan mengitari kota Jakarta di malam hari.

Saat kami meminum jus dengan dua sedotan di satu gelas yang sama, saat dia memberiku kejutan manis di hari ulang tahunku, saat kami berpose ceria di atas hamparan salju kota Paris, saat kami berkejaran kesana kemari di pesisir pantai. Pikiranku tak henti-hentinya membongkar semua memori yang selama ini tak kuketahui. Apakah sebelumnya... aku mengidap penyakit amnesia?

Disappeared Memory (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang