Bagian 5

12.6K 585 2
                                    

"Assalamu'alaikum anak-anak..." sapa Bu Fisa.

"Wa'alaikumsalam, Bu..." jawab anak-anak serentak.

Aku berjalan pelan mengikuti langkah Bu Fisa. Kami memasuki ruang kelas 12 IPA 3. Suasana kelas seketika ramai melihat kedatanganku.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru," ucap Bu Fisa.

"Wah, cantik banget..."

"Iyo, wis koyok model!"

"Wis wis! Calon bojoku itu,"

"Sudah sudah! Jangan ribut. Nak, tolong perkenalkan dirimu," ucap Bu Fisa menenangkan para murid.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh," ucapku.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh."

"Selamat pagi teman-teman!" sapaku ceria.

"Pagi...!" jawab murid-murid serempak.

"Nama saya Nada Khayra Hendrawan, biasa dipanggil Nada. Tempat tanggal lahir, Jakarta, 17 Maret 1998. Hobi saya bermain basket, mendengarkan dan bermain musik. Ada pertanyaan?" tanyaku mengakhiri perkenalan.

Salah seorang murid laki-laki mengangkat tangannya.

"Kamu suka main musik apa?" tanyanya.

"Saya suka piano dan gitar," jawabku pelan.

"Wih..." ucap para laki-laki terkagum-kagum. Aku tersenyum samar.

"Pindahan dari sekolah mana?" tanya seorang murid perempuan.

"Dulu saya sekolah di SMAN 3 Bekasi." jawabku.

"Terus apa alasan pindah kesini?" tanya teman di sebelahnya.

"Papa saya pindah dinas ke Jogjakarta minggu lalu. Karena itu saya juga harus pindah sekolah ke sini," jelasku.

"Pindah dinas? Berarti ayahmu tentara dong?" tanya seorang murid laki-laki.

Aku mengangguk ragu. Lalu kelas menjadi riuh kembali.

"Alamat rumahmu dimana, Nad?"

"Di asrama yonif 403/Wirasada Pratista." jawabku.

"Wah, berarti deket dong sama rumahku. Kapan-kapan kita jalan ya?" godanya yang sekaligus disertai cibiran dari teman-temannya. Aku tak menjawab selain tersenyum kikuk.

"Ada pertanyaan lain?" tanyaku.

Suasana senyap seketika.

"Baiklah, kalau sudah tidak ada yang ditanyakan lagi. Saya harap, kalian bisa berteman baik dengan saya–" ucapanku terputus saat melihat seorang murid laki-laki mengacungkan tangannya.

"Iya?" tanyaku.

"Neng, kamu mau nggak jadi pacar aku?" tukasnya.

"Eaaaaaa...!!!!" suasana riuh seketika. Aku hanya bisa terdiam mematung di depan kelas.

***

"Yang ini perpustakaan, yang ini lab kimia..." ucap Zara menjelaskan. Di jam istirahat ini kami memang tengah sibuk menjelajahi isi sekolah. Mulai dari ruang kelas 10, 11, toilet, masjid, lab fisika, lab biologi, ruang tata usaha, dan perpustakaan. Oh ya, Zara ini teman sebangkuku. Dia adalah seorang gadis yang rendah hati. Aku beruntung bisa mendapat teman yang baik seperti Zara.

"Nah, kalau yang ini kantin," ucapnya. Aku tersenyum dan memandang ke sekeliling kantin. Meja-meja dan kursi tertata rapi dengan sekian banyak siswa yang tengah sibuk memuaskan perut mereka. Sepertinya, kantin adalah tempat yang paling berisik di sekolah ini.

"Wah, rame banget ya, Za," ujarku. Zara tersenyum manis.

"Yaudah, yuk makan!" ajakku. Zara mengangguk ceria. Kami duduk di salah satu kursi dan meja yang kosong.

"Kamu mau makan apa, Za?" tanyaku.

"Hmm... Mie ayam aja yuk! Disini tuh mie ayamnya enak banget, Nad... Kamu harus coba," usulnya dengan logat jawanya yang kental.

"Oh, boleh tuh! Yaudah, aku pesen dulu ya," ujarku. Zara tersenyum hangat.

Ketika aku hendak memutar tubuhku, aku tak sengaja menabrak seorang cewek cantik. Ia memandangku penuh emosi.

"Eh! Hati-hati dong! Punya mata nggak sih?!" tanyanya sewot.

"Duh, maaf ya, aku nggak–" ucapanku terputus karena tiba-tiba seorang cowok menghampiri kami.

"Hei, ada apa ini?" tanya cowok itu.

"Eh, itu, Vin, ngg..." ucap cewek galak itu.

"Hei, kamu anak baru ya? Yang jago basket itu?" tanya cowok itu padaku. Si cewek mendengus sebal karena diacuhkan.

"Eh... Iya?" tanyaku ragu. Hmm, kok dia bisa tau kalau aku suka basket? Rupanya, informasi tentangku sudah menyebar secepat ini.

"Wah, salam kenal ya. Namaku Kevin," ucapnya. Sambil mengulurkan tangannya padaku.

"Eh, iya... Aku Nada." ucapku membalas uluran tangannya ragu.

"Ih, kalian apa-apaan sih?" tanya cewek galak tadi sewot. Ia lalu berjalan meninggalkan kami sambil mencak-mencak tak jelas.

"Hmm, Nad, aku duluan ya? Kita lanjut ngobrol lagi nanti," ucap Kevin.

"Iya, Vin," ucapku singkat. Lalu Kevin pergi meninggalkan kami. Sesekali ia melirikku genit sambil mengedipkan sebelah matanya. Membuat para gadis di sekitarku iri.

***

"Yang cewek tadi itu siapa sih?" tanyaku pada Zara, saat kami sedang berjalan menuju kelas.

"Oh, yang judes itu ya? Dia Vivian, cewek terpopuler di sekolah ini. Dia satu kelas sama kita lho, Nad. Maaf ya orangnya emang kayak gitu. Sombong, sok cantik, centil lagi." jawab Zara sambil kesal sendiri. Haha, lucu sekali. Apa katanya tadi? Satu kelas? Pasti sungguh merepotkan harus berada satu kelas dengannya. Hufft.

"Hihihi," aku terkikik geli.

"Lho, kok ketawa?" tanyanya.

"Haha, nggak pa-pa. Habisnya kamu lucu banget kalau lagi kesel." tukasku. Zara mengerucutkan bibirnya.

"Eh iya, Kevin itu siapa sih? Kok dia agak-agak...aneh gitu ya?" tanyaku.

"Aneh gimana Nad? Dia itu cowok paling ganteng di sekolah. Kapten tim basket. Makanya tadi pas dia ngobrol sama kamu, banyak cewek yang sirik lihatnya. Dia punya banyak fans, Nad. Si Vivian aja sampe naksir berat sama dia," jelas Zara. Aku mangut-mangut.

"Oh begitu... Terus, kamu termasuk orang yang ngefans sama dia?" godaku. Zara menyikutku.

"Hmm, iya sih... Hehe." ucapnya polos. Kami tertawa geli.

"Tapi kok dia genit gitu ya orangnya?" tanyaku ragu.

"Iya, Nad. Kevin itu selain terkenal gantengnya, dia juga terkenal playboynya. Dan kamu tau nggak? Dengan bakat kamu di basket, pasti nggak lama lagi kamu bakal dimasukin ke tim basket sekolah," ujar Zara.

Aku mangut-mangut. Masuk tim basket? Boleh juga.

Disappeared Memory (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang