" Took a deep breath in the mirror, he didn't like it when I wore high heels, but I do..."
Nada bernyanyi merdu sambil memetik senar gitarnya taman belakang rumahnya.
Tiba-tiba, Pandu datang menghampirinya. Ia ditugaskan Jenderal untuk menemani anaknya yang sendirian di rumah. Tampaknya, Jenderal itu sungguh tak ingin terjadi apa-apa dengan anaknya. Dan tampaknya, Jenderal itu sangat memercayai ajudannya itu.
"Eh, ada Om Pandu," sapa Nada ceria. Ia menggeser tempat duduknya untuk diduduki oleh Pandu.
"Duduk, Om." ujar Nada mempersilakan.
"Ngapain kamu disini malem-malem? Nggak takut?" tanya Pandu.
"Ih, emangnya kenapa? Suka-suka aku dong. Jangan salah ya, justru setan yang takut sama aku." kilah Nada bergurau. Ia melanjutkan bait lagunya.
Pandu tak menggubris ucapan Nada.
"Om Pandu sendiri ngapain disini? Kenapa nggak pencet bel dulu coba?" tanya Nada sewot.
"Yaa dari tadi aku udah bilang 'assalamu'alaikum' dan udah aku pencet bel, tapi nggak ada tuh yang jawab. Nggak salah dong aku?" kilah Pandu.
"Yeee... Terus ada apa Om kesini? Mau ketemu papa ya? Papa lagi nggak ada."
"Justru itu papamu suruh aku kesini." ujar Pandu. Jari jemari Nada berhenti memetik senar.
"Buat?" tanyanya heran.
Pandu mengedikkan bahu. "Papamu cuma suruh aku temenin kamu disini. Beliau takut kamu kenapa-napa." jawab Pandu.
"Hhhh... Papa tuh ya, nggak bosen-bosennya giniin aku. Aku kan udah besar, kenapa harus dijagain terus kayak adek bayi," gerutu Nada kesal. Pandu menahan tawa dibalik wajah dinginnya.
"Yaudahlah, papamu begini juga buat kebaikanmu." ujar Pandu.
"Buat kebaikanku, sama buat modus kan?" tebak Nada.
"Enak aja! Aku nggak kayak temenmu yang genit itu," kilahnya.
"Siapa?" tanya Nada.
"Cowok basket kemarin." jawab Pandu. Nada ber-ooh ria. Ia malas menanggapi obrolan tentang Kevin.
"Eh ya, lanjutin aja main gitarnya. Bisa juga kamu main gitar," pujinya, dengan wajah yang tetap datar. Nada nyengir kuda.
"Iya dong," jawabnya.
"And you throw your head back laughing like a little kid... I think it's strange that you think I'm funny 'cause he never did... I've been spending the last eight months, thinking all love ever does is break, and burn, and end... But on a Wednesday, in a café, I watched it begin again..."
Nada POV
Om Pandu diam mematung. Wajah datarnya menyiratkan hal yang tak bisa kumengerti. Ketampanannya sangat terlihat di bawah cahaya lampu taman.
Entah mengapa aku merasa nyaman berada di dekatnya. Kehadirannya di sisiku berhasil meluluhlantakkan hatiku. Entah mengapa... Aku merasa benar-benar membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappeared Memory (Completed)
RomantizmKetika sebuah memori harus memisahkan ikatan antara seorang tentara gagah dengan kekasihnya. Namun, tanpa kesengajaan, waktu kembali mempertemukan mereka setelah bertahun-tahun terpisah jarak kenangan. Cerita fiktif dari coretan-coretan absurd autho...