"Udah lama ya Kak, kita nggak kesini." ucap seorang gadis muda berparas cantik seraya menatap ke arah laut yang terbentang luas. Ia menopangkan kedua tangannya di sebuah meja makan yang tertata di hadapannya. Di seberangnya, terdapat seorang pria muda yang tampak santai dengan kemeja putihnya. Gadis itu tak bosan-bosannya menikmati pemandangan alam di salah satu cafe terkenal di kota tersebut.
"Iya Nad, cafe ini menyimpan banyak kenangan kita." ujar Pandu. Ia tak henti-hentinya menatap gadis kesayangan yang tampak sangat menikmati liburan mereka kali ini. Ya, di musim liburan mereka kali ini, mereka menyempatkan diri terbang ke kota Jakarta untuk mampir ke tempat-tempat bersejarah bagi perjalanan cinta mereka di masa lalu. Sebenarnya mereka berlibur tak hanya berdua. Beberapa teman mereka juga ikut serta. Tapi karena liburan kali ini terbatas, sore ini mereka ber-quality time karena malam ini juga mereka harus kembali ke Jogja.
Pandu menggenggam kedua tangan gadisnya. Sebuah cincin melingkar indah di jari manis keduanya. Ia tersenyum mengingat momen bersejarah mereka beberapa bulan silam, di depan Benteng Vredeburg.
Pandu melirik jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Sebentar lagi matahari akan terbenam. Dan di cafe ini, tepatnya di Jetski Cafe, pemandangan matahari terbenam adalah saat-saat paling romantis yang banyak ditunggu oleh kalangan muda-mudi di tempat ini. Mereka berdua juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang jarang mereka dapatkan itu.
"Oh ya, kamu masih hutang cerita sama aku," ujar Pandu. Nada mengalihkan pandangan pada tentara tampan di hadapannya. Pria itu tersenyum manis padanya.
"Apa itu, Kak?" tanyanya, seraya membalas senyum manis kekasihnya.
"Ceritakan padaku bagaimana memori kamu bisa pulih kembali waktu itu," jawabnya.
Nada tertawa ringan. Sesekali ia menatap kedua tangannya yang masih berada dalam genggaman tangan kekar prianya.
"Waktu itu..." ucap Nada memulai ceritanya. Tapi tiba-tiba, seorang waitress mendadak muncul dan memberikan pesanan mereka. Tanpa sengaja, waitress itu memotong ucapan Nada. Pandu melengos kesal.
"Classic Fish and Chips, Kepiting Saus Padang, Chocolate Coffee Toffee, dan Caramel Macchiatto," ucapnya seraya menyajikan semua pesanan mereka di atas meja. Nada tersenyum tipis dan berterimakasih. Waitress tersebut membalas senyumnya, lalu ia melirik pria tampan yang sedang bersama Nada dengan tatapan menggoda. Nada menundukkan kepalanya. Sesaat ia merasa hatinya seperti sedang diremas-remas.
Bagaimana dengan Pandu? Ia tentu menyadari waitress yang sedari tadi menatapnya genit. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain memalingkan pandangannya.
"Waitress!" panggil seorang pengunjung yang lainnya. Seketika waitress genit itu langsung berpaling dan menghampiri pengunjung yang memanggilnya.
"Huh, untung saja." Pandu bernafas lega seraya mengelus dadanya. Sementara Nada hanya terdiam menatap hamparan laut seraya mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.
"Sayang?" panggil Pandu. Ia menangkap gelagat aneh dari pacarnya.
Nada menoleh padanya lalu mengangkat sebelah alisnya.
"Kamu kenapa?" tanyanya. Nada tersenyum lalu menggeleng.
"Kamu marah?" tanya Pandu. Nada terdiam. Sebenarnya ia tak marah, ia hanya merasa jengkel pada waitress genit tadi yang terus-terusan menggoda kekasihnya dengan tatapan yang mengerikan itu. Ah, tiba-tiba dia sadar. Di momen romantis yang jarang mereka dapatkan ini, tak seharusnya ia marah pada kekasihnya.
Nggak, aku nggak boleh ngambek sama Kak Pandu. Aku nggak mau merusak suasana kencan kami. Huh, sabar, Nad. Sabar... Oke, kali ini, aku harus menyingkirkan egoku dulu, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappeared Memory (Completed)
RomanceKetika sebuah memori harus memisahkan ikatan antara seorang tentara gagah dengan kekasihnya. Namun, tanpa kesengajaan, waktu kembali mempertemukan mereka setelah bertahun-tahun terpisah jarak kenangan. Cerita fiktif dari coretan-coretan absurd autho...