Buk... Buk... Buk...
Suara pantulan bola basket menggema di lapangan basket asrama. Terlihat seorang gadis cantik bernama Nada tengah asyik bermain basket. Ia mendribel bola tersebut dan menggiringnya ke ring.
"Om! Ayo main sama aku!" ajaknya. Rupanya, ia tak sendirian. Seorang pria tampan berseragam loreng tengah mengawasinya di tepi lapangan. Pria tersebut tak lain adalah Pandu.
"Nggak, makasih." elak pria tersebut dingin.
"Ayolah, masa Om mau diem aja disitu? Aku tau kok, Om juga jago main basket, kan?" tebaknya, sambil terus menggiring bola menuju ring.
Pandu diam tak berkutik. Terdapat sorot bingung dari mata elangnya.
"Tau darimana kamu?" tanya Pandu datar.
Nada POV
Aku berjalan gontai menghampiri Om Pandu. Kududuki sebuah bangku di tepi lapangan, lalu kuteguk tandas air mineral di tanganku.
Om Pandu menunggu jawabanku dengan sabar. Tampak raut bingung dari wajah tampannya.
Sepertinya ia bingung mengapa aku tahu tentang hal itu. Hmm, tentu saja aku tahu. Wong papa yang cerita ke aku.
Flashback On.
Aku berjalan mengendap-endap ke teras rumah. Kulihat papa sedang asyik membaca koran pagi kesukaannya. Aku berdiri mematung di ambang pintu sambil menata pikiranku. Ya, aku berencana meminta izin pada papa tentang turnamen basket. Aku takut papa tak menyetujuiku mengikuti turnamen tersebut.
"Ngapain kamu berdiri disitu, Nada?" tegur papa. Rupanya papa sudah mengetahui keberadaanku. Ah, jadi malu.
"Eh, papa... Hehe. Hmm, gini pa-"
"Mau ngomong apa? Sini duduk," ujar papa memotong ucapanku. Aku menduduki kursi di dekatnya.
"Papa lagi sibuk, kah?" tanyaku ragu.
"Hmm? Papa lagi santai kok, Sayang. Ada apa?" tanya papa.
"Hmm... Nada mau minta izin, Pa..." jawabku ragu.
"Minta izin apa?" tanya papa seraya menoleh padaku.
"Gini, Pa... Nada kan ikut ekskul basket di sekolah..." lanjutku.
"Iya, terus?"
"Terus Nada ditunjuk buat ikut turnamen basket... Nada pengen banget ikut turnamen, Pa..." pintaku.
"Jadi, Nada diizinin ikut, atau nggak, Pa?" tanyaku pada akhirnya. Papa menghela nafas, lalu melipat korannya. Beliau memfokuskan pandangannya padaku.
Jantungku berdebar tak karuan. Rasa takut makin menggerayangiku. Kayaknya... Papa nggak akan mengizinkanku ikut.
"Hmm, begini, Nak," ucap papa.
"Papa tidak ingin sesuatu terjadi padamu, kecelakaanmu waktu itu sudah cukup membuat papa hampir kehilangan kamu. Kamu anak papa satu-satunya, Sayang. Papa tidak ingin kehilangan orang yang papa sayangi untuk yang kedua kalinya," ujar papa.
Hatiku menciut. Ingin rasanya menangis saat ini juga.
"Tapi, Pa... Nada baik-baik aja, papa harus percaya sama Nada..." pintaku.
"Please, Pa... Sekali iniiiii aja..." rengekku. Papa menatapku ragu.
"Huh, baiklah, Nak. Walaupun papa berat melepasmu ikut turnamen itu. Kali ini, papa mengizinkanmu." ujar papa. Senyum mengembang di wajahku.
"Yeayyyy!!! Makasih papa, makasiiiiih..." ucapku kegirangan. Aku bergelut manja di lengan papa. Papa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kegiranganku.
![](https://img.wattpad.com/cover/112084402-288-k979047.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappeared Memory (Completed)
RomanceKetika sebuah memori harus memisahkan ikatan antara seorang tentara gagah dengan kekasihnya. Namun, tanpa kesengajaan, waktu kembali mempertemukan mereka setelah bertahun-tahun terpisah jarak kenangan. Cerita fiktif dari coretan-coretan absurd autho...