Juni

180 4 3
                                    

    Disaat siang terik itu membawaku melangkah menuju kamu,  yang bahkan tak pernah lagi berfikir sedikitpun untuk merindukanku. Pada siang terik itu untuk pertama kalinya kita akan melaju bersama dengan sepeda motor tua pemilik kenangan dari segala cerita kita,  kau dan aku. Hal yang tak mungkin lagi menjadi kita seketika berubah pada saat itu.
     Degub dalam dadaku berdetak dengan ritme yang berbeda, tak lagi sama dan tak juga beraturan. Berdetak kencang saat kau dalam dekapan, "jujur aku sangat merindukanmu" itulah yang mampu kuucapkan dengan lirih seakan aku sedang khimat berdo'a pada semesta. Ada bahagia dalam dada saat kau ada dan bersedia dalam dekapan, sekali lagi saat jemariku mengusap rambutmu aku merasakan udara segar setelah sekian lama udaraku tercemar karena sesak dan luka di dalam dada,  kau pemilik segala do'a yang ku ramu dari setiap jutaan rindu yang menggebu memanggil namamu.
    Siang itu,  banyak cerita darimu sementara aku hanya terdiam memandangmu dan sesekali mencubit pipimu yang membuatku selalu rindu bahkan pada senyummu yang begitu kuat saat mampu menopangku dulu,  kau seberkas kenangan dan ingatan yang tak pernah benar-benar ingin aku hilangkan. Kau tahu siang itu kau adalah bintangnya kau adalah pemenangnya sebab bahagia yang ku rasa bahkan hanya kau yang mampu memberinya.
     Segala rindu telah riuh pada peluhmu,  segala cinta telah tertamba pada senyum dan tawa yang selalu kau balut dengan hangat bak sebuah cahaya,  aku meyakinkan diri sekali lagi setelah sempat lari bahwa aku "benar-benar teramat mencintaimu"

-R. Majid-

@Semua tentang Hujan.Cinta & LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang